Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Saturday, July 25, 2009

BERANI AMBIL RESIKO VS KEBURU KIAMAT

"To win without risk is to triumph without glory"

Kata orang nich, hidup tanpa mengambil resiko gak seru. Kenapa kata orang, selingkuh menyenangkan, first kiss rasanya melayang dan olah raga ekstrim sangat digemari? Artinya semua hal yang pertama kali dilakukan rasanya mengasikkan. Alasannya, semua beresiko besar. Mengambil resiko memang butuh keberanian dan gak semua orang bisa. Padahal nich, John F Kennedy aja pernah bilang "kalau berani melangkah, meski beresiko, jauh lebih aman daripada gak melangkah sama sekali". Aku sich setuju-setuju aja kalau ada juga yang bilang bahwa " hidup lebih berarti kalau kita ambil resiko". Tapi apa aku bisa ya?

Aku itu orang biasa-biasa aja. Gak terlalu ngotot untuk meraih sesuatu. Bukannya takut sich, soalnya selalu mikir kalo gak kesampaian, bakal kecewakan? So, nothing to lose aja dalam hal apa pun. itulah seringkali orang 'menyayangkan aku" dan membuat mereka penasaran, akhirnya membuat kesimpulan sendiri dengan pertanyaan-2 mereka.

"Hayo, kapan lagi, keburu kiamat lho...!!??!!

Terkadang aku sebel lho kalo ada orang bicara seperti itu. "Memang manusia tau kapan kiamat akan datang?" Mungkin terdengar bercanda atau sekedar basa-basi, tapi kalimat itu bukan untuk pertanyaan yang mengarah "kapan akan menikah", misalnya, gak segampang seperti membalikkan telapak tangan dech. Lantas, akankah persoalan terselesaikan jika uang dan calon sudah ada?

Namun, jika pertanyaan itu mengacu antara lain kepada hal-hal seperti ini, kapan lagi bikin usaha sendiri, kapan potong rambut, kapan kuliah lagi atau kapan lagi beramal, tentu jawabannya sesuatu yang sangat kita inginkan tapi belum berani dilakukan. Realisasinya mudah dan dapat segera dilakukan seandainya ada uang dan kesempatan. Memang gak salah klo kita harus berani ambil resiko. "Jangan kebanyakan mikir, kerjakan saja apa yang kita mau dan bisa kita lakukan sekarang. Bayangin besok memang beneran kiamat". Ya gak masalah!.

Segala sesuatu yang menyangkut urusan pribadi, aku selalu mengambil positifnya aja. Gak mau terbawa arus selama prinsipku benar. "I don't care what they say!"
Setiap manusia punya takdirnya masing-2. Ada yang jalan hidupnya "lurus-lurus" aja dan ada yang hidupnya penuh resiko tapi akhirnya "fine-fine" aja atau "rusak" selamanya.

Terkadang aku berpikir, untuk mengambil keputusan yang resikonya besar, apa perlu bertanya dengan orang yang pernah mengalami hal-hal yang "ekstrim" dalam hidupnya demi tujuan pribadi, sekalipun resiko yang diambil berakibat buruk bahkan merusak citra diri mereka, misalnya begini nich :
- Seorang perempuan yang berkeinginan menjadi orang kaya lalu mencari suami kaya raya. Walau dia gak cinta dan suami gak ganteng, atau bahkan rela menjadi istri kedua yang penting kaya?
- Ingin menjadi PNS, tapi dengan cara "sogokan sejumlah uang" atau karena "surat sakti" orang penting tapi gak punya kemampuan apa-apa?
- Lalu, terpaksa menikah/cepat menikah, karena MBA atau ada istilah "cinta ditolak, dukun bertindak"?

Nah lho! Kalo udah begini, pasti gak setuju dong? Bukankah perbuatan itu sudah merupakan "tanda-tanda adanya kiamat kecil"? Buat apa, demi mendapatkan kebahagiaan duniawi dengan jalan yang gak terpuji, lalu merasa terhormat dihadapan sesama manusia sudah merasa bangga. "Toch, bukankah lebih baik mulia dihadapan Allah?!"

Kembali ke diri masing-masing dech. Seperti kata pepatah "pengalaman adalah guru yang paling berharga". Ada benarnya. Seharusnya pengalaman-pengalaman orang-orang di sekitarku, aku jadikan pengalaman dan aku jadikan alasan untuk mengurangi rasa takut gagal/takut kalah. Kenapa gak mau menanggung resiko gagal, jika pengalaman itu membuat aku lebih berani di masa depan.

Buat aku yang terpenting adalah aku gak akan ambil resiko yang akan merugikan diriku sendiri, mengecewakan keluargaku terutama kedua orang tuaku, juga orang lain. Aku nyaman dengan kehidupanku saat ini serta selalu berusaha melakukan perbuatan yang "mulia" dihadapan Allah SWT. Terserah dech orang mau ngomomg apa bahkan sampai bawa-bawa kiamat segala...heheeee.

Walau gak bisa dipungkiri, bahwa setiap keputusan dan perbuatan pasti ada resiko, asal kita bisa pitar-pintar menyikapinya.
Okey? Remember, life must go on.

Wednesday, July 22, 2009

SURAT UNTUK SAHABAT

Kota Musi, 20 July 2009

Sahabatku,

Aku hrs jujur sama kamu. Beberapa hari ini aku berusaha untuk menyenang-nyenangkan perasaan tapi gak bisa, ada yang ngeganjal. Sebelumnya, maaf klo aku cepat menyimpulkan untuk masalahku dengan dia, aku gak bisa nuruti pendapatmu.

Bukan aku gak berani atau takut gagal sebelum memulai, tapi aku gak bisa "keluar dari konsep diriku yang sebenarnya". Aku tetap berpendapat dan menuruti aturan/budaya yang ada bahwa "perempuan menunggu". Aku tau...kamu pasti sudah paham, dalam Islam saja, "seorang laki-laki muslim berhak melamar wanita muslimah yang sholeha walau dia gak kenal sama sekali." Jadi, gak ada alasan khan aku yang harus mengejar-ngejar dia, walau aku suka.

Aku gak bisa kalo harus, maaf, mengemis cinta. Mungkin sadis kedengarannya, tapi ini seumur hidupku, benar-benar baru aku alami. Bukan gengsi tapi gak etis aja buat aku dan aku gak harus seperti si ini atau si itu atau mengikuti cara-2 si ini atau si itu khan, friend? Mungkin beda persoalan kalo memang dah jadian atau ada kesepakatan apa lah, aku harus agresif untuk pria seperti itu, pasti!

Jujur, sebenarnya yang aku takutkan adalah klo aku sampai dicap"gak bener" lalu orang gak respect lagi sama aku, apalagi orang gak kenal aku mendetail. Aku paham pengertian "agresif" yang kamu maksud, tapi untuk agresif ke dia, fatal, friend!!! tanpa bantuan orang ketiga. Bukan aku gak mau berusaha dengan gigih, please diingat, aku wanita. Klo aku agresif sama kamu, kamu pasti ngerti dan paham tujuanku. Aku sudah kenal banyak orang dan "mahkluk laki-laki" dari beragam tipe. Tapi dia "istimewa bgt" dan ini benar-2 tantangan. Buat aku, kondisi seperti ini lebih menyakitkan daripada putus cinta lho, "sakiiit.....!!!(gaya bicaranya seperti gaya bicara Ruben lho, heee....!). Itulah mengapa setiap wanita berpendapat bahwa "lebih baik dicintai daripada mencintai".Apalagi kita gak dalam satu kota. Mungkin klo kita satu kota, aku bisa berusaha untuk memberikan dia perhatian dan mengambil kesempatan untuk sering bertemu. Tapi sulit friend untuk orang seperti dia walau aku tau dia gak "kuper dan alim-alim amat", itu yang aku baca sekilas dari kumpul-kumpul kita kemarin itu.

Sahabatku,

Makasih udah bantu aku. Jujur aku gak mau menyusahkan orang lain apalagi untuk bersusah payah ngurusi urusan pribadiku. Aku termasuk tipe orang yang selalu mikir panjang kalo mau merepotkan orang dan banyak segannya ke orang lain. Tapi di sisi lain, aku memang butuh orang lain dalam masalah ini.

Aku tau maksud kamu baik dan kamu sudah berusaha demi aku. Aku bersyukur, aku ketemu seorang teman seperti kamu, baik, tulus, perhatian, peduli, friendly banget, dan seseorang yang bisa aku hubungi tanpa ragu-2 dan aku minta tolong sesuatu tanpa aku pikir-pikir dulu. Kamu teman baikku tapi bisa "klik" melebihi seorang sahabat.

Tentang dia, untuk jadi seorang suami bagiku, jujur aku suka. "Dia low profile juga alim". Pernah terlintas, klo memang dia kata Allah, aku akan berbakti sebagai istri dan menuruti apapun kehendaknya, asalkan kehendak dan pendapatnya juga yang terbaik menurut Allah. Tapi dengan dia, prosesnya sulit. Untuk masalahku dengan dia gak bisa tanpa bantuan kamu sampai setuntas-tuntasnya. Tapi di sisi lain, aku gak mungkin selalu merepotkan kamu, friend. Kamu juga punya kehidupanmu sendiri.

Aku dan dia sudah dewasa, seharusnya bisa memahami, tapi dia beda dari "konsep pria pada umumnya". Aku juga gak perlu bingung-bingung khan menghadapi ini. Dalam hidupku, aku "nothing to lose" dan "easy going" aja menghadapi apapun. Makanya aku menganggap jalan-jalan ber-empat kita kemaren itu hal yang biasa, bukan hal yang luar biasa lagi buat aku. Take it easy my friend, "I'm single and I'm very happy."

Sahabatku,

Aku percaya, Allah tidak pernah salah memilihkan pria terbaik untuk mendampingi hidupku. Namun aku tidak mau terlalu muluk mengartikan cinta seseorang. Aku gak mau kecewa. Biarlah untuk saat ini, cintaku hanya untuk Allah SWT, orang tua dan keluargaku. Jadi intinya, aku menjalani kehidupan ini "bak air yang mengalir", apa adanya, tidak banyak aturan, jujur, saling menghargai dan terbuka.
And you must to know...."I always hopping for the best but expecting the worsth."
Thank u so much my friend.....

Thursday, July 9, 2009

BE POSITIVE !

Kalau kita harus berkata yang baik tentang segala hal, kenapa tidak tentang diri sendiri? Bicara positif tentang diri sendiri berarti menegaskan tentang siapa jati diri kita, keyakinan-keyakinan kita akan kebenaran, bukannya untuk menghidupkan kesombongan.

Berbicara yang baik tentang diri sendiri merupakan cara untuk ”me-maintenance” pikiran dan perilaku kita supaya tetap positif. Itulah kenapa dalam pelatihan-pelatihan motivasi biasanya kita diminta membuat penghargaan terhadap diri sendiri, memberi motivasi untuk berfokus mengembangkan kelebihan dibandingkan menyesali kelemahan diri.

"Selalu bersikap positif dalam kondisi yang paling buruk sekalipun akan menjaga arah masa depan tetap berada pada jalur yang tepat."

Menurut para ahli psikomotorik, jika kita sering mengucapkan hal-hal positif tentang diri sendiri, baik ketika akan tidur maupun saat bangun, alam bawah sadar akan bekerja, sehingga segenap pikiran kita dipenuhi hal-hal positif setiap saat. Cara berpikir yang penuh optimisme akan membuka jalan pada sikap-sikap positif lainnya, termasuk rasa bersyukur dan menyadari dengan iklhas pemberian kondisi apapun bagi diri kita terhadap apa yang telah terjadi, tanpa menyalahkan orang lain.

Itulah kenapa orang-orang sukses melakukan ini. So, be positive...!!!

"Sukses adalah proses mmelakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukan orang biasa untuk memperoleh hasil luar biasa."

Sunday, July 5, 2009

KERANJANG SAMPAH ?

Gak kerasa, ternyata usiaku udah kepala 3. Perasaanku baru kemaren 17 tahun, he...:-D?. Waktu berlalu begitu cepat dan banyak yang sudah terjadi. Apa yang terjadi dan aku alami seperti mimpi. Begitu juga pelajaran hidup yang aku dapat bersamaan dengan berjalannya waktu.

”Ety, apa kabar?” Kapan kita bisa ketemu? Kita facial bareng lagi yuk?! Mukaku dah banyak komedo dan kotor nih. Sesudah facial, aku mau curhat, lagi banyak masalah. Cuma Ety teman yang bisa diajak ’Sharing”.

Kalimat barusan adalah sms dari seorang temanku, kita sudah lama gak ketemu dan ingin curhat sama aku. Bukan bermaksud ge er ataupun tujuan untuk membangga-banggakan diri sendiri. Banyak teman/orang yang menilai aku sosok yang sabar, friendly, menyenangkan dan bisa diajak bicara. Mungkin orang menilai ada nilai ”kedewasaan” yang lebih dibandingkan dengan orang lain. Seperti kata temanku yang lain melalui smsnya;

”Maaf ya mb Ety, ama kejutekanqu kemaren2. Aq lg byk masalah. Aq gak mau kehilangan sahabat spt mb. Aq byk merenung, smua kata2 mb benar. Jujur, mb tetap teman terbaik yg aq pny. Tmn yg lain byk bikin aq tertekan dan menangis. Mereka byk tusuk aq dr belakang dan menyakitkan hati. Aq byk belajar dr kata2 mb utk lbh selektif memilih teman.”

Nilai kedewasaan yang aku miliki adalah ’positif value’ yang harus aku syukuri dan aku manfaatkan sebaik-baiknya. Namun gak bisa dipungkiri, aku cuma manusia biasa. Aku juga punya masalah. Bedanya, tidak semua orang mau cuhat/sharing kepada orang lain yang belum tentu bisa dipercaya. Begitu juga aku, untuk hal-hal yang sifatnya pribadi banget, aku begitu selektif memilih orang yang bisa aku percaya. Semata-mata karena aku menganggap masalah yang kita ceritakan kepada orang lain pada akhirnya, keputusan ada di tangan kita sendiri. Jadi, selama aku bisa mengatasinya sendiri, "gak perlu dong orang lain tau". Aku tau, ada yang patut untuk diceritakan kepada orang lain dan ada yang tidak.

Belum lagi masalah-masalah yang dihadapi teman-temanku yang lain, yach, tentang keluarganya, orang tuanya, kekasihnya, ataupun tentang pekerjaannya dan dilema mereka. Keluh kesah mereka yang dituturkan kepadaku, sejujurnya, membuat aku menghela nafas panjang, "Ya Allah, ternyata kesulitan dan masalah ada dimana-mana, tidak mengenal usia, siapaun, dimanapun dan kapanpun. Masalah pasti datang".

Aku berfikir dan merenung, aku diibaratkan bagai "keranjang sampah", aku adalah keranjangnya dan masalah mereka adalah sampahnya. Terdengar "naif banget" memang, tapi itu sekedar perumpamaan. Justru aku mensyukuri apa yang aku alami. Berbagi dengan orang lain walau sekedar menjadi pendengar yang baik bagi teman-temanku juga orang-orang yang ada di sekelilingku dan menjaga amanah mereka juga merupakan salah satu wujud dari rasa syukurku.

Buat aku, menjadi orang yang dapat dipercaya (amanah) itu adalah kenikmatan yang luar biasa. Alhamdulillah, kebahagiaan yang menurutku jauh lebih berharga daripada materi. Selama mereka mempercayai aku, aku rela menjadi "keranjang sampah" bagi mereka yang ingin mencurhkan isi hatinya kepadaku. Sebaliknya akupun berharap,tidak ada seorangpun yang justru menganggap aku 'sampah' yang seenaknya dicampakkan dan dimanfaatkan. Duch, semoga tidak.

"Kebijakan hidup bukan diukur dari seberapa pandainya kita tapi dari seberapa banyak masalah yang telah kitaselesaikan"

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...