Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Wednesday, October 28, 2009

MASSAGE KEHIDUPAN

Hari itu aku bersama sahabat-sahabatku memutuskan untuk "hang out" di sebuah cafe, seharian hanya untuk mengobrol dan membiarkan hari hilang percuma.

Aku ingat celetukkan seorang teman, “Dulu aku tidak pernah mengerti arah hidupku ini, hari-hari lewat tanpa ada tujuan atau target. Tapi setelah bapakku meninggal mendadak, aku seakan tersadar.” Dan memang, temanku itu yang aku kenal dulu urakan dan semaunya, kini terlihat lebih tenang dan religius.

Terjadi banyak jeda dalam obrolan kami. Larut dalam perenungan dan pikiran masing-masing. Dari kaca jendela raksasa café, diluar tampak orang-orang sudah mulai menampakkan diri berjalan hilir mudik di sepanjang trotoar jalan. Mobil-mobil bersiap memasuki area parkir.

Terbungkus hangat dalam sofa empuk, aku biarkan dua slize PIZZA dengan taburan tuna dan paprika itu tergolek sia-sia di atas meja. Entah kenapa hari itu kami mendadak menjadi lebih kalem. Biasanya setiap kali bertemu, canda tawa mendominasi, seakan dunia hanya milik kami, “yang lain numpang!!". Jadi harap tahu diri untuk tidak ikut membuat gaduh!” Hang out yang belum tentu sebulan sekali itu dimaksudkan utnuk tetap menjalin persahabatan meski kami dipisahkan pekerjaaan yang berbeda-beda. Berbagi cerita, berbagi kegembiraan dan kesedihan. Sebelumnya aku yang paling getol punya inisiatif untuk mengabadikan kebersamaan kami dengan berfoto bersama, saat itu tidak aku lakukan. Aku merasa malas, aku lebih tertarik dengan topik pembicaraan kami saat itu.

Entah darimana pembicaraan ini bermula, topik yang kami bicarakan adalah tentang “kehidupan”. Yang aku ingat, berawal saat aku katakan, suatu malam ketika aku tidak bisa tidur, aku lebih memilih melewatkan waktu dengan membaca sebuah novel percintaan. Dengan harapan, setelah mataku lelah melototi tulisan-tulisan yang ada di novel tersebut, mataku dapat terpejam secara alami. Kupromosikan bahwa cerita dalam novel tersebut, sangat bagus. Ada dialog di buku itu yang membekas di pikiranku. Intinya adalah alangkah indahnya bila setiap hari, saat kita bangun di pagi hari selalu diiringi kesadaran penuh untuk apa kita menarik nafas dan mengeluarkan nafas. Menarik nafas berarti kita hidup. Untuk apa hidup? Untuk apa tarik nafas dan membuang nafas yang selalu dilakukan berulang-ulang? Dalam novel itu, si ‘aktor’ menyatakan kepada kekasihnya, yaitu orang yang ia cintai, “Untuk selalu bersamamu…..karena setiap hari aku mengejar cintamu.” Artinya, dalam setiap tarikan nafas mesti punya tujuan. Buzzz !!


Persoalannya adalah, apakah kita menyadari pentingnya kesadaran akan tujuan hidup tersebut? Kita sudah terbiasa dengan aktifitas robot. Melaksanakan sesuatu secara spontan dan menganggap sudah sewajarnya, sehingga tanpa perlu berpikir dan tanpa sadar sepenuhnya. Padahal kesadaran adalah kunci menikmati hidup. Sementara kita seringkali baru sadar setelah sebuah masalah timbul. Baru tersentil setelah menerima paket sebuah cobaan.

Seru sekali obrolan kami saat itu. Akupun digayuti kebahagiaan mempunyai sahabat yang bisa dibawa kedalam kondisi bukan cuma suka tapi juga duka, bisa sharing dan berempati. Topik pembicaraan kami pun tak terlepas dari problema kami yang sama yaitu bagaimana sulitnya “ being a single”.

Celetukkan temenku satunya tidak kalah seru, “Di pesta saudaraku kemaren, aku banyak bertemu keluargaku yang datang dari luar kota. Aku sebel sekali dengan pertanyaan-pertanyaan mereka, like this; “why aren’t you getting married yet?, bla….bla…bla…
Kami semua memahami perasaan temanku itu disaat dia bercerita bahwa sulitnya berada di posisi orang seperti kita-kita ini. Sedangkan, "aku...baik-baik saja." (seperti lagunya Ratu yang dinyayikan Pinkan Mambo :)

Hey…, We could better not to say anything than answering some question like that! They must know, we lived in civillized world where some cases where “Taboo” to spoken. Aku tidak sendiri, kami tidak sendiri. Jadi, kami bukanlah sesuatu yang antik, aneh, salah, atau apapun yang sebenarnya terasa melecehkan ketika diucapkan oleh beberapa pihak yang tak mengerti duduk perkara mengapa kami mesti menjalani ini.

“Waktu aku gagal dilamar si Roy dulu karena orang tuaku tidak setuju, aku down banget. Tapi kalo aku jadi menikah sama dia, barangkali, saat ini aku sudah jadi janda karena aku dengar si Roy menikah siri sama sekretarisnya. Dan aku mungkin tidak bisa sesukses ini kalau aku cepat menikah, aku bisa bantu ekonomi keluargaku dan merawat ibuku”. Begitulah kata temanku tentang pengalaman hidupnya.

Selalu ada massage dalam setiap peristiwa. Biasanya baru sampai ke jagat kesadaran setelah beberapa waktu berlalu. Yeach, kita bisa merasakan pudding caramel ini manis, setelah mengenal rasa pahit. Kurang lebih maksudnya adalah bahwa orang akan mengatakan hidup itu indah setelah pernah merasakan apa itu penderitaan.

Memahami massage dalam setiap kejadian itu, memang tidak mudah dicerna. Butuh waktu dan kesadaran yang diiringi dengan keikhlasan. Saat kita ikhlas, hati menjadi lapang, dan kelapangan hati adalah jendela yang membuat kita melihat lebih jernih.

Jarum jam selalu menjadi penanda perpisahan. Saatnya pun kami harus meninggalkan café dengan berjuta hikmah yang kami dapat hari itu. Semoga kami bisa merealisasikan hikmah itu, bukan sekedar bualan dan kata-kata.

Thousands of words played in my hand. “My Lord, next time, I could make a very big step in my life.”

“Memang jalan hidup yang harus dilalui dalam menapaki hidup tidak selalu mulus. Kadang kita harus melalui beberapa bukit dan tikungan terlebih dahulu sebelum menemukan tempat datar yang indah. Menemukan kerikil-kerikil kecil yang sepintas tidak berguna, namun ialah sesungguhnya yang membantu pengerasan jalan.”

Monday, October 26, 2009

COKLAT....OH....COKLAT

"Kata orang, kalau hati lagi susah makan yang manis-manis"

Manusiawi kok kalau gak selamanya manusia itu bahagia terus. Wajar dong ya ada bete-betenya juga. Ada kalanya gembira, dan sebaliknya, tiba-tiba ditimpa masalah dan akhirnya merasa susah dan sedih. Beragam masalah dan beragam pula cara orang menyelesaikan masalahnya, setidak-tidaknya untuk meminimalisir suasana hati sehingga bisa melupakan masalah-masalah yang terjadi di depan mata.

Mungkin cara ini hanyalah sebagian kecil dari penyelesaian masalahnya, yaitu mengkonsumsi COKLAT. Percaya gak percaya sih! Menurut apa yang pernah aku baca, bahwa coklat mengandung ZAT TANIN yang juga berguna untuk mengatasi rasa sedih. Terlepas dari teori-teori yang ada, bagi aku coklat adalah salah satu makanan favoritku karena sekalin coklat memang enak, coklat sangat membantu dalam keadaan darurat. Disaat keburu lapar misalnya, tapi gak ada yang bisa dimakan sedangkan sikon tidak memungkinkan. Coklat gampang dibawa kemanapun dan bisa dimakan kapanpun.


Inilah kebiasaanku, aku tidak pernah melewatkan "tradisiku" untuk selalu membawa coklat di dalam tas dan tentu saja akan selalu terbawa kemanapun aku pergi. Mungkin ini merupakan kebiasaan yang tanpa sadar menjadi kondisi yang wajib dilakukan. Namun disisi lain aku menyadari, terkadang bisa menjadi hal yang mubasir, misalnya saat aku lupa atau tidak sempat untuk memakannya, sehingga sering pula si coklat menjadi lembek/mencair karena kepanasan dan aku pun merasa kadaluarsa dan gak enak lagi kalau dimakan. Lucunya lagi, pernah ada perasan sayang untuk memakannya, bisa jadi disaat aku merasa tidak terlalu lapar. Dikesempatan lain, disaat melihat anak kecil, akupun dengan iklhas hati akan memberikan coklat yang telah sekian lama bercokol di dalam tasku. Yach, tanpa disadari ternyata gak menjadi mubazir lagi khan dan aku pun sudah menyenangkan hati anak kecil dengan memanfaatkan keberadaan si coklat yang sering terlupakan untuk segera dimakan. Coklatku....oh coklatku....

Nah, kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa coklat bisa menjadi obat pelipur lara, sah-sah saja. Pengalamanku mengatakan, "makan coklat mengasyikkan!". Boleh dibilang mungkin sama dengan kebiasaan orang-orang terutama pria-pria yang mengkonsumsi rokok. Bedanya, makan coklat gak setiap saat dan yang pasti coklat lebih menyehatkan dibandingkan rokok. Iya khan?

Buat yang merokok nich, kalo udah tahu begitu, kenapa gak beralih ke coklat aja sih daripada merokok yang jelas-jelas gak baik buat kesehatan? Coklat telah terbukti menyehatkan dan memberi efek menenangkan. Kitapun menyadari, coklat bukan hanya mengenakkan tapi juga mengandung banyak kalori, sehingga kalau terlalu banyak dan sering mengkonsumsinya bisa menyebabkan kegemukkan. Sebenarnya gak menjadi masalah seandainya kita bisa bijak menyikapinya. Makanlah coklat secukupnya saja, misalnya disaat sedang ingin sekali makan coklat, sedang susah hati, atau saat sedang bingung daripada bengong, kenapa tidak?

Monday, October 5, 2009

PRIBADI PEMAAF

Masih banyak diantara kita yang belum paham hakekat memaafkan. Maaf sekedar diplomasi kata-kata saja, sementara kesumat/dendam masih berkarat di alam bawah sadar. Begitu berhubungan dengan orang lain, lekas teringat kesalahannya di masa lalu yang belum kita maafkan. Istilahnya "forgived but not forgeted", padahal kata maaf sudah berkali-kali diucapkan oleh lisan.

"Rasanya seperti mengkhianati bagian hatiku yang terluka jika aku harus memaafkan seseorang yang menyakitiku dan seolah aku melepaskan sebagian harga diriku bila harus memohon maaf."

Rasa berat untuk memaafkan itu tidak muncul begitu saja. Mengutip kata-kata dari seorang Psikolog, bahwa ada alasan yang mendasarinya.
Pertama, ketakutan untuk disakiti dangan cara yang sama. Beberapa orang percaya saat memaafkan orang lain, artinya ia membuka diri kepada orang yang telah melukai dirinya. Padahal, memaafkan bukan berarti menerima begitu saja segala tindakan orang yang melukai.

Kedua, kekhawatiran dirinya terlihat lemah. Karena tidak ingin terlihat rendah dan tetap ingin meninggikan harga diri, ia menutup pintu maafnya. Padahal justru sebaliknya, saat memaafkan, kita sedang melakukan tindakan "memberi".

Meraih posisi pribadi pemaaf bukanlah pekerjaan gampang, tetapi bukan pula hal yang mustahil. Bukankah kita memiliki dasar agama yang mengajarkan keluhuran maaf, tetapi mengapa sesama muslim kita masih saja berkobar dendam? Akankah kita menjadikan maaf sebagai konsumsi lahiriah tanpa ketulusan jiwa?

Dan, memaafkan harus tulus dengan tidak tersisa secuilpun kesumat. Maka jika ingin hidup sehat lahir batin, berusahalah menjadi "pribadi pemaaf". Meski memang itu berat karena kita berhadapan dengan ego sendiri. Makanya harus dilatih dan yakinlah, hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa memberi maaf.

"Ketika engkau mengalahkan musuh, jadikan maaf sebagai syukur atas kemenangan itu" (Rasulullah)

Thursday, October 1, 2009

KEEP THE SOUL AND BEAUTIFUL MIND


"SELAMAT DATANG BULAN YANG FITRI"

Alhamdulillah, puji syukur selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih berkesempatan menikmati masa-masa berharga di bulan penuh berkah dan bisa menikmati hari yang fitri.

Lewat satu minggu sudah kita lalui bulan Ramadhan, Masih terjagakah shalat Tarawih atau shalat malam kita? Sudah berapa juz tadarus Alquran yang sudah kita lantunkan selama Ramadhan? Sejauh mana persiapan kita untuk dapat merubah hidup kita menjadi lebih baik dan berkualitas, sehingga perilaku kita semakin arif dan lurus. Amin.

Pertanyaan-pertanyaan itu sungguh layak untuk selalu kita ulangi sepanjang waktu.Sebagai manusia kita seringkali lupa, khilaf dan lalai. Karena itu, jangan pernah jemu untuk terus bertanya. Sudah sejauh mana ibadah yang kita lakukan selama Ramadhan ini? Kita tentu tidak mau keberkahan dan kemuliaan Ramadhan berlalu begitu saja, tanpa pernah merubah hidup kita menjadi lebih baik. Betapa banyak waktu yang terbuang percuma, betapa sedikit yang bernilai ibadah.

Ramadhan boleh berakhir, tapi kesucian jiwa berkah puasa, tetap menjadi inti dari jiwa kehidupan. Kemanapun melangkah, pastikan itu adalah hasil kompromi dengan nurani yang fitri.
Dalam kebersihan hati, musnahlah segala prasangka dan amarah. Terutama kata maaf yang mengiringi silaturahmi. Saatnya berbagi kasih dan mengeratkan jalinan kasih dengan sesama.

Maka tak ada cara lain setelah melewati bulan yang suci dan menjalani hari yang fitri dengan mengisinya dengan amal terbaik yang mampu kita lakukan dan menatap masa depan dengan penuh kefitrahan. Amin!

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...