Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Tuesday, December 28, 2010

ADA KEMAUAN ADA JALAN

Al kisah, tersebutlah seorang pria tua yang hidup sendiri di sebuah desa. Suatu hari, ia ingin menanam kentang di kebun dibelakang rtumah tapi tak sanggup menggali tanah sendiri.

Anak satu-satunya yang bisa membantunya sedang di penjarakan. Pria tua itu lalu menulis surat ke anaknya, menceritakan situasinya. Menyatakan kesedihannya tak bisa menanam kentang tahun ini.

“Saya sedih karena ibu mu selalu senang menanam. Saya sudah terlalu tua untuk menggali tanah yang keras. Kalau saja kamu ada di rumah, saya pasti bisa menanamnya. Saya tahu, kamu akan menggali dan membuat petak untuk tanam kentang. Sayangnya, saat ini kamu ada di penjara,” tulisnya.

Beberapa hari kemudian, pria tua itu menerima surat dari anaknya.

“Ayah, jangan gali kebun itu. Saya mengubur senapan di kebun itu,” begitu bunyinya.

Keesokannya, serombongan polisi dan detektif datang ke rumah pria tua itu, lalu menggali seluruh kebun, tapi tidak menemukan senapan.
Pria itu bingung dan kembali menulis surat kepada anaknya, menceritakan apa yang terjadi dan menanyakan apa yang harus dilakukannya selanjutnya.

“Silahkan Ayah tanam kentang di tanah yang telah digali oleh mereka. Ayah, inilah yang terbaik, yang bisa saya lakukan untuk Ayah dari sini,” jawab anaknya.

Dimanapun kita berada di dunia ini, jika kita memutuskan mengerjakan sesuatu dari hati yang terdalam, kita pasti bisa melakukannya. Yang penting adalah kemauan dan mau memikirkan, bukan dimana kita atau dimana seseorang berada.

Friday, December 10, 2010

HIKMAH BUAH WALNUT

Di suatu hari yang panas, Nasruddin mencari angin di bawah pohon walnut. Sambil berbaring, Nsruddin mengamati pohon walnut yang tinggi dengan buahnya yang kecil. Nasruddin heran, mengapa walnut yang sekecil itu tumbuh diatas pohon raksasa, sementara labu yang besar tumbuh pada batang merambat yang rapuh.

“Allah Maha Besar, Allah Maha Tahu,” katanya, “tapi apa bijaksana pohon sebesar ini diciptakan hanya untuk menghasilkan walnut kecil sebagai buah? Pohonnya punya batang yang kokoh dan dahan yang kuat sehinga bisa dengan mudah menanggung labu yang besar, yang tumbuh pada batang kurus dan lemah, yang tidak bisa menanggung berat dari buahnya sendiri. Apakah tidak lebih baik walnut tumbuh pada batang yang lemah dan labu tumbuh pada batang pohon yang kokoh?” tanyanya.

Sesudah berkata begitu di dalam hati, Nasruddin tertidur. Ia terbangun ketika sebuah walnut jatuh dan menimpa dahinya. Melihat apa yang terjadi pada dirinya, Nasruddin langsung memuliakan Allah.

“Allah Maha Tinggi Allah Maha Besar!” Kalau saja dunia ini diciptakan menurut pikiran saya yang sangat picik, kemungkinan labu yang akan jatuh dari pohon dan menimpa kepala saya. Kemungkinan nyawa saya melayang karenanya. Allah Maha Baik! Allah Maha Bijaksana!” katanya.

Sejak itu Nasruddin tidak pernah lagi mempertanyakan kebijaksanaan

Thursday, November 25, 2010

MEMILIH SAHABAT

Pesanan al-Qamah (seorang sahabat Rasulullah saw) kepada anaknya:


Pertama, pilihlah sahabat yang suka melindungi sahabatnya, dia adalah hiasan diri kita dan jika kita dalam kekurangan nafkah, dia suka mencukupi keperluan.


Kedua, pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, dia suka menerima dengan rasa terharu, jikalau ia melihat kebaikan yang ada pada dirimu, dia suka menghitung-hitungkan (menyebutnya).


Ketiga, pilihlah seorang sahabat yang apabila engkau menghulurkan tangan untuk memberikan jasa baik atau bantuanmu, ia suka menerima dengan rasa terharu dan dianggap sangat berguna, dan jika ia mengetahui mengenai keburukan dirimu ia suka menutupinya.


Keempat, pilihlah sahabat yang jikalau engkau meminta sesuatu daripadanya, pasti ia memberi, jikalau engkau diam, dia mula menyapamu dulu dan jika ada sesuatu kesukaran dan kesedihan yang menimpa dirimu, dia suka membantu dan meringankanmu serta menghiburkanmu.


Kelima, sahabat yang jikalau engkau berkata, ia suka membenarkan ucapan dan bukan selalu mempercayainya saja. Jikalau engkau mengemukakan sesuatu persoalan yang berat dia suka mengusahakannya dan jika engkau berselisih dengannya, dia suka mengalah untuk kepentinganmu.


(Sumber : Herizal Alwi)

Wednesday, November 10, 2010

FITUR SEORANG SAHABAT YANG BAIK

Seorang bijak berpesan kepada anaknya: "Wahai anakku, jika engkau merasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:

1. Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu;

2. Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu;

3. Jika engkau memerlu pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu;

4. Jika engkau mengulurkan sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan menerimanya dengan baik;

5. Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) dari kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu;

6. Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik dari kamu, dia akan menutupnya;

7. Jika engkau meminta bantuan daripadanya, dia akan mengusahakannya;

8. Jika engkau berdiam diri (karena malu hendak meminta), dia akan menanyakan kesusahan kamu;

9. Jika datang sesuatu bencana menimpa dirimu, dia akan meringankan kesusahan kamu;

10. Jika engkau berkata kepadanya, niscaya dia akan mengizinkan kamu;

11. Jika engkau merencanakan sesuatu, niscaya dia akan membantu kamu;

12. Jika kamu berdua berselisih faham, niscaya dia lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan;

13. Dia membantumu menunaikan tanggungjawab serta melarang melakukan hal buruk dan maksiat;

14. Dia mendorongmu mencapai kejayaan di dunia dan akhirat.

Sebagai remaja (rasanya bukan cuma remaja) yang terlepas dari pandangan ayah ibu berhati-hatilah jika memilih kawan. Karena teman, kita bahagia tetapi kawan juga bisa merusak kita.

(Sumber : Herizal Alwi)

Sunday, November 7, 2010

KAMAR TIDUR, TEMPAT TIDUR DAN TIDUR !

Aku sibak tirai jendela kamar. Aku pandangi suasana di luar, tampak hujan begitu deras membasahi apapun yang ada di bumi. Titik-titik air yang turun dari langit seolah-olah berkejaran dan siap menggenangi permukaan tanah yang beberapa hari tampak tandus karena hujan tidak jua datang menghampiri. Tanah pun mengeluarkan bau yang khas karena ketandusannya.
Langit spontan berwarna abu-abu. Akh, mungkinkah sama warnanya dengan hatiku, abu-abu?

Perlahan…tanpa bisa aku tahan. Bulir-bulir air mengalir di pipiku. Tak bisa lagi kubendung. Raut wajah bisa aku tutupi, tapi perasaan ini tidak bisa lagi diajak kompromi. Namun perasaan ini terasa sedikit terobati, justru kala aku mampu mengeluarkan seluruh isi hatiku melalui tetes demi tetes air mata yang jatuh. Ada kenikmatan dan sensasi tersendiri. Entahlah, mungkin ini cara yang terbaik, atau memang sudah saatnya sensasi seperti ini aku lakukan, hingga harus berulang-ulang dan berulang kali dilakukan.

Mungkinkah saat ini hatiku gundah gulana? Ah.....terpaksa mengakui. Walau jujur di dalam sanubari tidak pernah mampu mengelak dari “kebiasaan takdir” harus selalu dengan cara-cara seperti ini. Menangis! Di kamar tidurku yang penuh kedamaian, dia atas sebuah tempat tidur aku tumpahkan segala kesedihanku. Hingga akhirnya nanti, aku menjadi lelah sendiri dan tertidur......


KAMAR TIDUR......

Menyebut kata “kamar tidur”, tidak aneh memang. Yah....kamar tidur adalah salah satu ruangan di dalam rumah dimana di dalam ruangan ini segala aktifitas yang sifatnya pribadi bisa kita lakukan. Namanya juga kamar tidur, aktifitas sehari-hari yang biasa dan lazim kita lakukan di kamar tidur, salah satu bentuk kegiatan itu tak lain adalah tidur. Kamar tidur jugalah yang merupakan tempat yang paling aku favoritkan diantara ruang-ruang lainnya di dalam rumahku. Aku lebih memilih berada di ruangan ini jika aku ingin mendapatkan kedamaian, dan melepaskan ketegangan dari rutinitas pekerjaan yang melelahkan. Nyaman aku rasakan. Segala keperluan aku lengkapi untuk menunjang “rasa betah” yang aku ciptakan untuk diriku pribadi.

Aku merapikan beberapa buku yang tidak lagi tersusun rapi di rak, mungkin karena tadi pagi aku buru-buru mengambilnya sehingga aku tidak sempat untuk mengembalikan kerapiannya seperti semula. Dan beberapa benda yang aku rasa tidak enak dipandang mata berada di tempat yang tidak seharusnya. Aku memang pembersih dan sangat memperhatikan kebersihan , terutama kerapian kamarku.

Aku menuju ke sudut kamar, aku raih remote TV, lalu menghidupkan tombol ON dan memilih program musik. Aku merasa perlu mendapatkan hiburan untuk menentramkan hatiku yang masih galau. Walau aku tidak tau, aku bisa menikmatinya atau tidak. Aku menuju ke sudut lainnya, dimana aku meletakkan beberapa perangkat alat elektronik seperti TV, Tape dan DVD. Namun aku sempat ragu,”apakah mungkin aku sebaiknya menghidupkan DVD atau tape saja untuk menghibur ku hari ini?" Akhirnya aku memutuskan, aku memilih memutar DVD yang menjadi temanku hari ini. Seakan terbawa emosi dan perasaanku. Aku mengikuti alunan lagu ini.....

“JIka ada yang bilang ku berubah....Jangan Kau dengar.......
Jika ada yang bilang kutak baik.....Jangan Kau dengar.......
Banyak cinta yang datang mendekat..... kumenolak.......
Semua itu karna......kucinta kau......”


Syahdu terdengar dan rasa nyaman mulai merayap ke sekujur tubuhku. Itulah sebabnya, mengapa aku lebih banyak menghabiskan waktu-waktu ku di kamar tidur. Di kamar tidurku pula merupakan saksi bisu terhadap semua hal yang telah, sedang, dan apa yang akan aku lakukan. Melakukan rutinitas harian, melepaskan keletihan dan menumpahkan segala kesedihan serta meng-istirahatkan badan......hingga aku terlelap. Semua itu aku lakukan di atas tempat tidur.

TEMPAT TIDUR.........

Apa yang terpikir jika menyebut kata-kata ini? Tempat di saat-saat kita melepaskan segala kepenatan. Setelah seharian beraktifitas, walau hanya butuh beberapa waktu saja untuk menikmati nyamannya untuk merebahkan anggota tubuh dan merasakan kehangatannya. Wajar rasanya bila tempat ini disebut-sebut sebagai tempat tidur, yach.....tempat biasa kita merebahkan tubuh, melapaskan penat dan terlelap bersama mimpi-mimpi, apapun mimpi itu adalah mimpi indah atau malah mimpi buruk sekalipun.

Aku merebahkan tubuhku, ach....lega rasanya. Sejenak pikiran ku melayang akan kejadian-kejadian yang telah aku lewati hari ini. Sebenarnya aku malas untuk memikirkan kejadian yang sempat membuat aku tidak enak hati tapi, itu terpaksa harus terpikirkan.

Aku pun tersentak, tidak ada gunanya menyesali sesuatu yang sudah terjadi. Aku ikhlaskan saja dan akan aku jadikan pengalaman berharga dari semua kejadian itu. Lalu ku raih sebuah novel romantis untuk ku baca. Aku rasa lebih baik begini. Terasa syahdu, ditunjang dengan nyanyian lirih yang ku putar sedari tadi. Suasana ini berubah drastis menjadi kenyamanan yang tidak bisa aku beli di luar sana.

Sayup-sayup kudengar dengan perasaan, Tertatih-nya Kerispatih, sungguh-sungguh membangkitkan kenangan itu......

Aku berjalan di dalam asing dunia
Aku mencoba .... ingatmu... dan.....
Aku tlah hancur lebih dari berkeping-keping
Karna cintaku karna rasaku yang tulus padamu.....

Begitu dalamnya aku terjatuh dalam kesalahan rasa ini.....

Jujur aku tak sanggup, aku tak bisa
Aku tak mampu dan aku tertatih
Semua yang pernah kita lewati
Tak mungkin dapat ku dustai meskipun harus tertatih......

Begitu dalamnya.... aku terjatuh dalam kesalahan rasa ini......

Aku tak sanggup, aku tak bisa
Aku tak mampu dan aku tertatih
Semua yang pernah kita lewati
Tak mungkin dapat ku dustai meskipun harus tertatih


TIDUR.......

Aku tidak tahu sudah berapa lama aku melewati hari-hariku di kamarku yang nyaman, di tempat tidurku yang empuk. Secara samar-samar aku tidak menyadari pikiranku melayang pada suatu kejadian beberapa bulan ke belakang. Rasanya sebentar saja kukecap kebahagiaan bersamanya.

Ach....lagi-lagi aku terpaksa harus menuliskan juga kisah ini terutama kisah singkat yang sebenarnya ingin cepat-cepat aku hapuskan dari sejarah hidupku. Tapi aku tidak mampu dan tidak bisa mengingkari bahwa kisah itu pernah ada.

Tapi jujur, aku memang sedih sekali. Karena cerita kita tidak berakhir seperti yang kita harapkan. Selama ini dikau juga tahu bahwa aku selalu krisis percaya diri menyangkut hubungan kita. Aku tidak yakin bahwa diriku cukup layak menerima semua perhatian, kasih sayang, pengertian dan cinta dari. Aku mungkin tidak percaya bahwa tersedia banyak stok dalam hatimu untuk memahami diriku. Aku ragu dengan diriku sendiri. Aku ditakuti oleh fikiranku sendiri, begitu dikau menilai aku.

Perasaan yang muncul saat ini begitu nyesak, lalu aku pengen nangis, tapi air mataku malah tidak mau tumpah, aku ingin menuntaskan apa yang mengganjal di hatiku, tapi hatiku tidak mau meledak. Aku senewen, mungkin hanya dengan menuliskan messege inilah perasaanku bisa sedikit kudamaikan. Tapi terlepas dari semuanya. Dengan tulus dan jujur aku kembalikan padamu, sudah lama ingin aku katakan ini tapi aku masih menyayangimu dan aku tidak pernah sanggup hidup sendiri tanpa seseorang.

Walau akhirnya, hatiku mengatakan.... seleksilah, tinjau ulang..... mungkin aku benar-benar bukan orang yang tepat menjadi partnermu meneruskan semua idealismemu, karena aku mungkin tidak pernah benar-benar punya kemampuan untuk memahamimu seperti yang engkau lakukan terhadapku. Kita tidak balance, aku tidak ingin dikau berkorban terlalu banyak untukku.....Aku tidak butuh dikasihani.....!

Maaafkan aku......Aku banyak dapat pelajaran berharga yang menuntun aku pada kemampuan untuk merubah mindset.

Jika bukan karena perasaan tersakiti dan takut dikatakan berputus asa, dan rasanya tidak sebanding dengan rahmat yang telah Tuhan berikan kepadaku selama hidupku, seandainya boleh mengatakan......Aku ingin terlelap selamanya. Maafkan aku Tuhan, aku berharap perasaan terluka seperti ini sebentar saja menghampiri hari-hariku. Itulah sebabnya pula, jika aku hanya bisa dan merasa tenang jika hanya melewati hari-hari hanya dengan berlama-lama di kamar, agar aku bisa melakukan apa saja di tempat tidur,termasuk menuliskan kisah ini.....

Saatnya, aku merasa.....mata ku pun sudah menunjukkan tanda-tanda meredup. Aku selalu berharap, semua masalahku ikut tertidur berganti dengan mimpi-mimpi indahku yang masih ingin kureguk untuk masa depanku bersama seseorang yang kucintai dan mencintaiku......apa adanya, tanpa syarat yang nyata-nyata mengabaikan rasa cinta dan sayang yang sesungguhnya..... selamanya. Amin!

Sunday, October 17, 2010

RAHASIA HATI

Malam sudah larut, hari telah menjadi sunyi. Hanya suara detak jam dinding dan sesekali terdengar deru kendaraan yang melintas. Aku termangu di sudut tidurku. Lalu aku bangkit untuk duduk di dalam gelap.

Aku menghela napas dalam-dalam. Ada perasaan sedih. Perasaan sebagai orang yang kalah. Rasanya sungguh tidak enak menjadi orang yang kalah. Benarkah aku telah pergi darimu? Kusadari ketololanku. Dimana kutinggalkan kau dengan sederetan tanya yang panjang. Dan membiarkanmu dalam keterlukaan, tenggelam dalam harapan-harapan. Ataukah sebaliknya?

Namun kini, kau menghantuiku. Aku sering merasa kangen sekali. Seberapa aku baik-baik saja, aku merasa ada yang hampa sejak saat itu. Aku sangat kuat dulu. Bertahan dalam kesendirianku dan berbagi dengan orang lain tanpa harus membebaninya dengan sejumlah janji. Tapi tidak lagi setelah kutemukan engkau, dan kemudian diri kita saling berjanji. Namun, aku juga yang mengingkari sejumlah janji itu, lukaimu, sakitimu. Dalam sekian kealpaan ini, maukah kau bukakan kembali pintu jalan pulang ke hatimu?

Aku bertahan dari detik ke detik, aku menyentuh urat nadiku selama berpuluh-puluh menit, bertanya-tanya, kenapa ia bisa bertahan dari detak ke detak? Aku bersumpah, aku akan menemukan cara dan tak ada orang lain yang bisa menghentikan cintaku padamu.
Aku lelah bercakap sendiri, aku menginginkanmu, aku sekarat tak habis-habis. Bukakan aku jalan pulang kepadamu untuk saling berbagi lagi dan menjadikanku perempuan yang tidak bicara pada dirinya sendiri.

Cemas ini bangkit lagi, menggelembung memenuhi ruangku, penuh, padat, dan siap meledak. Aku merasa saat inilah kita menyelesaikan kisah yang mengambang. Kehadiranmu di pikiranku memberi ruang pada hatku untuk merasakan sakit dan kerinduan sekaligus. Sementara jasadku Cuma bisa terdiam merenungi hari-hari kemarin hidupku.

Aku begitu mengingatnya, ketika kau akan menyampaikan kejutan termanis. Masih kurasakan suasana hatiku saat itu, berbahagia atau sesungguhnya kecemasan yang seharusnya ada? Kedua hal itu silih berganti menghantui terus-menerus akhir-akhir ini.

Ketika itu kau akan menghamparkan permadani terindah lalu memintaku menapakinya bersama, menuju istanamu. Kumohon dalam hati agar jangan memintaku kala itu, karena aku masih seorang pengecut. Mengaku menjadi perempuan yang membutuhkan pasangan, sekaligus bersembunyi ketika jemarimu datang bersambut.

Aku terbentur-bentur oleh gemuruh itu. Tahulah kini aku bertempur dengan apa. Ketegangan lain mulai merambah perlahan ke seluruh sel-sel tubuhku. Aku bagaikan patung bernyawa. Ketika itu aku Cuma termangu. Aku takut kehilanganmu. Aku menyadari benar-benar membutuhkanmu justru ketika kau jauh dariku.

Kau menatapku lekat, seakan kau tahu aku meragukan sesuatu. Tapi masih saja aku menyelinap ke dalam pupil matamu, berharap menemukan ketidaksungguhan di sana. Karena aku yakin sebesar kesungguhan itu sendiri, bahwa kau tidak sedang melontarkan gurauan segar di sore hari. Melihat geletar matamu, kau menyampaikan pesan untuk membuatku berani bicara. Untuk berani kehilanganmu juga?

Aku merasakan lunglai lengan ini dijatuhkan perlahan. Jemariku masih dalam genggamanmu, tapi ia terkulai disana. Seakan tidak bernyawa, tak ada sel dan otot yang hidup di situ. Ia mati sebelum segalanya terjawab, sebelum pencabut jiwa itu beranjak sambil mencengkeram hati yang telah menjadi kepingan dalam telapak tangan. Seperti dugaanku, karena ketololanku, tepat sama dengan skenario yang ada dalam benakku, tokoh lelakinya tidak menerima ketololan perempuannya.

Tapi tidak seperih ini. Aku mungkin tak layak kau perlakukan seharum bunga, maka maki saja aku. Kenapa kau tidak bertanya kepadaku, bagaimana hal itu terjadi, atau apa saja, toh sudah kubuka pembalutnya, kuperlihatkan lubangnya yang menganga.
Aku yakin takkan lagi kudengar suaramu, yang selalu membasahi kering hatiku. Sebesar keyakinanku bahwa kau pun akan pergi menjauh, menghilang seakan kau punya tempat yang jauh di bawah bumi, tak terjangkau.

Aku berharap kau tidak benar-benar pergi. Ingin kau tunjukkan lukamu padaku bahwa kau tersakiti lebih dalam dibanding aku? Maka aku akan membiarkanmu terluka pula, tak ada yang harus aku balut. Ataukah harus dengan berlari mengejarmu dan memohon kau tetap tinggal di sisiku, memohon cintamu, menyodor-nyodorkan seribu satu kebaikanku sebagai seorang perempuan, kelebihanku sebagai istrimu kelak, lebih dari kebodohan-kebodohanku.
Aku akan mengikuti caramu memperlakukan luka itu. Kadang rasa marah membuat seseorang menjadi kuat. Aku tidak pernah merasa sekuat ini sebelumnya. Kehilangan demi kehilangan adalah sebuah garis panjang yang melilit hidupku dan aku tidak ingin menambah panjang daftar ini lagi jika kau pun pergi seperti mereka.

Setajam apapun luka yang diberikan pada masa laluku, aku berusaha keras mendandani hatiku. Agar kelak ada hal lebih baik yang bisa kutawarkan pada diriku sendiri. Aku melihat waktu terbentang teramat panjang di depanku. Apakah keikhlasan yang akan menang atau kebencian, aku Cuma ingin salah satu dari dua kemungkinan itu saja. Namun aku tidak ingin melupakannnya, semua yang telah kita tempuhi bersama, sakit dan bahagia itu. Aku pun juga ingin utuh dan bulat, aku tidak ingin mati tanpa makna, toh sudah terlambat untuk surut.

Bertahun aku mengobati lukaku dengan mencoba untuk tidak menyisakan dendam, tetapi menerima dengan penuh kebaikan atas luka-luka yang lain. Aku tidak membalut lukaku dengan erat, memberinya obat yang menimbulkan perih yang kemudian akan mengering. Tapi kubiarkan kuusap dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, seakan kupelihara luka itu dengan sangat baik untuk terus hidup dan tumbuh bersamaku.

Sesungguhnya kau melakukan banyak hal dalam diammu. Kau menampar mukaku untuk membuatku terbangun dari cengkeram ini. Kau membuatku punya rasa marah dan tidak terima atas penghinaan dari mana pun. Kau tahu bagaimana rasanya menjadi berarti. Aku tak lagi punya ketakutan, tak lagi merasa terbelah, aku merasakan keutuhanku dan bahagia di dekatmu.

Jauh di atas pencapaian kebahagiaan itu adalah kesadaranku bahwa kau yang menemukanku. Maka aku ingin mengucapkan terima kasih padamu karena berbuat hal ini padaku.

Kau bisa membayangkan apa jadinya bila kau tidak membuatku marah ketika itu. Maka aku akan menjadi perempuan yang paling nelangsa, menghabiskan waktuku dengan berurai air mata selama mungkin, bahkan mungkin memotong nadiku dan berubah menjadi hantu atau mungkin kunikmati saja sekalian ketidakutuhanku. Tapi bagaimana pun aku juga ingin selalu baik, walau aku punya alasan untuk menjadi sebaliknya.

Kau melakukan hal yang benar, meninggalkan aku saja sekalian daripada menghiburku dengan kata-kata manis yang sebenarnya untuk dirimu sendiri. Setidaknya, sampai saat ini kita telah melakukan banyak kebaikan untuk hidup kita kelak, bahwa kita tak pernah membohongi sedikitpun yang ada pada hati kita. Inilah makna yang ketemui dari sebuah kejujuran yang paling hakiki, jujur pada diri sendiri.

Bunyi alarm yang terdengar nyaring menyadarkan lamunanku. Tak berdaya aku bangkit dari dudukku. Setelah ini aku tahu apa yang sebaiknya aku perbuat.
Aku menarik napas lega. Aku yakin bahwa aku tidak sendiri. Kubasuh sebagian tubuhku, lalu mengadu kepada Zat yang Maha Tahu. Benarkah perasaan ini atau hanya Dia yang tahu?

Saturday, October 9, 2010

K E T I K A

Ketika aku memohon kekuatan, Allah memberi ku kesulitan agar aku menjadi kuat......

Ketika aku memohon kebijaksanaan, Allah memberi ku masalah untuk kupecahkan........

Ketika aku memohon kesejahteran, Allah memberi ku akal untuk berpikir..............

Ketika aku memohon keberanian, Allah memberi ku kondisi bahaya untuk ku atasi......

Ketika aku memohon bantuan, Allah memberi ku hambatan.........

Aku tidak pernah menerima apa yang kuminta, tapi aku menerima apa yang kubutuhkan...!!!

Tuesday, October 5, 2010

CINTA SEJATI

Alkisah, suatu hari, sepasang muda-mudi yang sedang menjalin kasih, mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Sesudah melaju beberapa saat, si perempuan berkata,

“Kurangi kecepatan. Saya takut!”
Ternyata motor tetap saja melaju cepat. Perempuan itu kembali mengatakan hal yang sama. Kali ini, kekasih prianya menjawab,
“Tenang saja. Ini yang namanya seru.”
“Tolong, kurangi kecepatan. Ini tidak seru tapi menakutkan,” kata si perempuan.
“Kalau begitu, bilang dulu, “I love you” dan saya akan kurangi kecepatan,” kata si pemuda.
“Baiklah. I love you. Ayo, kurangi kecepatan!” ujar si perempuan.
“Sekarang, peluk saya erat-erat,” pinta si pemuda.
Perempuan itu menurut. Sesaat kemudian, si pemuda itu berkata,
“Sekarang, tolong lepaskan helm saya. Coba pakai helmku.”

Keesokkan harinya muncul berita, sebuah sepeda motor menabrak sebuah gedung karena rem rusak. Pengemudi sepeda motor tewas, tapi yang dibonceng selamat.
Ternyata si pemuda sadar, rem rusak ketika sepeda motor melaju cepat. Tapi tak mau mengatakan yang sebenarnya kepada kekasihnya. Karena tahu bahaya yang mengancam, ia lalu minta kekasihnya mengucapkan “I love you”, merasakan pelukan terakhirnya, menyuruhnya memakai helmnya agar selamat dan bisa hidup terus.

Hidup itu misteri. Kita tak pernah tahu, esok apa yang akan terjadi. Mungkin kita tak bisa hidup untuk melihat hari esok. Kadang, kita harus mengatakan sesuatu kepada seseorang, tapi tak punya waktu untuk melakukannya. Jadi, luangkanlah waktu 5 menit untuk mengatakan kepada seseorang yang anda kasihi. Anda mencintainya karena kita tak pernah tahu, kapan hari terakhir hidup kita. Katakan sekarang dan jangan ditunda.

Sunday, October 3, 2010

GAK ENAK BANGET !

Rasanya tidak ada orang yang ingin menjadi seseorang yang dianggap mendatangkan masalah bagi orang lain dalam situasi apapun dan dimanapun. Banyak situasi dalam hidup sehari-hari yang membuat stress dan khawatir. Tekanan di tempat kerja, bertengkar dengan kekasih, berselisih paham dengan saudara atau teman dan daftar to do yang tidak ada habisnya. Kehidupan yang penuh liku terkadang membuat orang dipenuhi prasangka dan perasaan-perasaan buruk. Dan sikap buruk itu dapat memperngaruhi jiwa dan pikiran.

Semua orang pernah merasa resah, panik, takut, atau tidak tenang pada satu saat dalam hidupnya. Tak heran ada anjuran : always be positive thinking! Klise, tapi terbukti kebenarannya. Nah, inilah yang terjadi dan dampak dari bersikap dan berpikir negatif. Kemarahan yang dipendam berujung pada penyakit. Ketika orang yang marah memendam perasaan, bukan cuma tekanan darah yang meningkat tapi juga timbul perasaan-perasaan negatif.

Di tempat kerja, dengan menjadi penggosip, si tukang lelet, atau si manis mulut dan menjadi orang yang dihindari. Kesombongan, ketakutan, kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan, begitu juga kebencian dan iri hati. Yang paling buruk diantara semuanya adalah orang negatif. Ciri-cirinya adalah membenci segalanya. Semua tugas dianggap terlalu rendah. Semua rapat dinilai lama. Semua rekan dianggap terlalu bodoh. Kata-kata yang meluncur dari mulutnya tak lepas dari sindiran tajam.



Negativitas yang jadi kebiasaan menimbulkan masalah karena bisa dengan cepat menjadi ciri khas dan menutupi prestasi kita yang lainnya. Jadi, Jika terasa diluar kesabaran dan tidak bisa dielakan lagi, untuk mengeluarkan uneg-uneg, lakukanlah sesekali saja dan jangan jadi kebiasaan.

Wajar rasanya sebagai manusia, suatu ketika merasa putus asa, walau putus asa adalah sesuatu yang sangat dibenci Tuhan, tapi suatu masa pula kita tidak bisa menghindarinya. Begitu juga di saat terjadi suatu kejadian yang tidak mengenakkan, Dari masalah pekerjaan, sampai masalah pribadi, sungguh menyesakan dada dan membuat pusing kepala. Benar-benar menyita pikiran.

“Ya Tuhan.....seandainya aku punya seribu hati, mungkin aku bisa memilih hati yang mana akan kukeluarkan hari ini, besok atau lusa, jam segini, menit ini, bahkkan detik ini.”

Itulah sekelumit kata-kata yang diucapkan seandainya saja kita sebagai manusia mampu melupakan dalam sekejap masalah-masalah yang sedang dihadapi, mungkin kita tidak mungkin memikirkan masalah itu terlalu lama hinggap di pikiran kita.

Aku yakin, tidak ada manusia yang sempurna dan setiap orang bisa berubah. Setiap orang punya kesempatan untuk berubah dan memperbaiki diri. Bijaksana rasanya jika mau belajar dan mengambil hikmah dari pengalaman masa lalu. Dan bodoh namanya, jika tidak mau merubah diri dan jatuh ke dalam kubangan yang sama.

Kita mudah bersikap negatif dengan kesalahan-kesalahan dan ketidakbahagiaan masa lalu. Tapi jauh lebih sehat memandang diri kita dan masa lalu sebagai pengalaman, penerimaan, dan pertumbuhan. Kita menjalani pengalaman yang persis yang kita perlukan, untuk menjadi siapa kita hari ini. Maka, lepaskan pikiran negative yang kita pendam tentang keadaan masa lalu atau hubungan masa lalu dan terima dengan rasa syukur, segala sesuatu yang membuat kita menjadi seperti hari ini.

Namun, kita juga tidak perlu menyesali setiap detik kejadian. Kita diberi akal dan rasa oleh Tuhan untuk bisa mengelola perasaan itu dengan bijak. Yach....sebuah kata bijak mengatakan “Tidak ada yang sia-sia, karena setiap kejadian dalam hidup membuahkan hikmah yang bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran berharga.”

“Aku adalah pribadi yang bernilai dalam semangat-semangat besar ku, dan aku pribadi yg sama bernilai-nya bahkan dalam perasaan-perasaan lemah ku. Kerendahan hati dan ucapan syukur kepada Pencipta akan melindungi dari perasaan yang paling mematikan.”

Friday, October 1, 2010

M A L A S !!!

Hmm........sudah beberapa hari ini aku malas menulis, malas meng-update blog ini. Perasaan yang muncul saat ini begitu nyesak, aku pengen nangis, tapi air mataku sudah gak mau tumpah. Aku ingin menuntaskan apa yang mengganjal di hatiku, tapi gak mau meledak. Koq rasanya nyesak banget… tapi aku gak tau kenapa dan akibatnya juga jadi bingung menjelaskannya.

Sudah beberapa hari ini kayaknya lagi males nulis di blog ini. Aku merasa bersalah karena udah jadi orang yang gak komit pada diri sendiri. Gimana aku bisa komit ke hal lain ya? Tapi aku gak pernah mau matahin semangatku. Segimananya juga orang lain mo kritik aku selalu pake cara yang paling halus. Sampe aku sedih sendiri, jangan-jangan orang lain kebanyakan ngalah hanya untuk nyenang-nyenangin hatiku, begitu gak kuat lagi meledak deh akumulasi kegelisahan yang dipendam-pendam.

Tapi kadang aku berpikir, sesekali malas itu biasa, gak harus maksain diri nulis. Ato kalo takut merasa bersalah, tuliskan aja “announce” di blogmu dengan satu dua kalimat: “lagi blank, ga ada ide!”, “Lagi sibuk”, atau apa aja. Jadi tetap punya “self confidence” . Klo udah berusaha koq rasanya memenuhi kewajiban.

Tapi begitupun ada benarnya, mungkin tulisan hari ini gak jelas “juntrungan-“nya, aku hanya mau bilang, aku emang lagi malas nulis, dan yang kutulis ini juga terpaksa kulakukan, karena aku gak bisa berdamai dengan “feeling guilty” karena sudah absent beberapa hari. Ah..... aku akan berusaha gak malas lagi besok-besok ya?

Thursday, September 23, 2010

AKU INGIN SEGERA MENEMUKANMU

Diary......

Aku sering merasa kangen sekali.....
Seberapa aku baik-baik saja, aku merasa ada yang kurang.
Orang lain gak akan bisa memasung isi kepala seseorang, sang belahan jiwa sekali pun. Aku tetaplah sebuah pribadi yang juga mempunyai mimpi....

Diary.....

Ada kerinduan terpendam akan sosok laki-laki dewasa yang memberi perlindungan dan cinta. Ada kecerdasan yang tampak di matanya. Ada jiwa kepemimpinan yang tersirat kuat, meskipun secara fisik penampilannya gak luar biasa.
Bukan karena naik mobil mewah nan mengkilap dan di tubuhnya tercantel barang-barang bermerek. Yach... sosok yang bisa mempercayakan masa depan gemilang.

Diary....

Aku ingin segera menemukanmu....
Sebagai nakhoda kapal pesiarku....
Berangkat kita ke benua sakinah... lalu mampir ke rumah mawaddah....
Sekalian, melihat kota warahmah....

Bawa aku ke duniamu.....
Mudah-mudahan kamu menjadi yang terakhir walaupun dalam waktu yang benar-benar singkat aku mengenalmu.....
Sayangi aku...cintai aku...dan miliki aku sepenuhnya.....
Begitu pum aku memperlakukanmu sebagai seorang raja yang bijaksana yang patut aku hormati dan aku hargai......

Diary......

"Aku mencintaimu karena sujudmu pada Tuhan-mu....
Rukukmu pada Tuhan-mu...
Dan baktimu pada orang tua mu....
teruslah begitu dan jangan pernah berubah....agar cinta ini dapat terjaga karena juga tawadduh mu...."

Thursday, September 9, 2010

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1431 H


Sejalan dengan berlalunya Ramadhan tahun ini
Kemenangan akan kita gapai

Dalam kerendahan hati ada ketinggian budi
Dalam kemiskinan harta ada kekayaan jiwa
Dalam kesempatan hidup ada keluasan ilmu

Hidup ini indah jika segala karena ALLAH SWT

Menghaturkan.......

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H
Taqobalallahu minna wa minkum
Mohon maaf lahir dan bathin

Tuesday, August 24, 2010

KISAH BEBEK YANG MALANG

Di saat libur sekolah Jonny dan Sally ke rumah kakek neneknya. Jonny yang baru pertama kali mendapat ketapel dengan bersemangat menembak apa saja. Tapi tembakannya meleset semua. Saat bermain di kebun belakang rumah, Jonny melihat bebek peliharaan neneknya. Ia sengaja membuat bebek itu terbang, lalu menembak dengan ketapelnya. Di luar dugaan, batu yang ditembakkan dari ketapelnya kali ini tepat sasarannya. Bebek itu jatuh dan mati.

Jonny panik. Bebek itu satu-satunya dan juga kesayanagn neneknya. Jonny bingung dan putus asa. Lalu menyembunyikan bebek itu dalam tumpukan kayu bakar. Ternyata Sally memergoki perbuatan Jonny. Tapi Sally tidak mengadukan Jonny kepada neneknya.
Siang itu, sesudah selesai makan, neneknya berkata,

“Sally, ayo, kita cuci piring.”
“Jonny bilang sama saya, hari ini dia ingin bantu di dapur. Benar kan, Jonny?” kata Sally. Lalu menambahkan dengan berbisik, “Ingat bebek itu.”
Jonny tak berdaya. Lalu membantu neneknya cuci piring di dapur.
Keesokkannya, kakeknya bertanya, apakah Jonny dan Sally mau ikut mincing.
“Saya perlu Sally untuk bantu memasak,” kata nenek.
Sally tersenyum dan berkata,
“Tenang, Nek. Jonny bilang ingin bantu nenek.” Sesudah itu, Sally kembali berbisik kepada Jonny, “Ingat bebek itu.”


Jonny tinggal di rumah membantu neneknya sementara Sally memancing dengan kakeknya.
Selama beberapa hari, Jonny mengerjakan tugasnya sendiri dan tugas Sally. Akhirnya Jonny tak tahan dan mengaku kepada neneknya, ia membunuh bebek kesayangan neneknya secara tak sengaja.

“Nenek tahu, Jonny,” kata neneknya sambil memeluknya.
“Nenek berdiri di jendela dan melihat semua kejadian itu. Nenek memaafkan kamu karena nenek sayang kepadamu. Dalam hati nenek bertanya-tanya, berapa lama kamu akan membiarkan Sally memperbudak kamu.”

Ternyata nenek memaafkan Jonny, bahkan sebelum Jonny minta maaf.

Pada dasarnya kita punya rasa bersalah. Sebelum mengakui kesalahan kita, rasa bersalah itu akan terus mengikuti dan memperbudak kita.

Mengakui kesalahan lalu memperbaikinya, membuat kita lepas dari beban, menjalani hidup ini dengan lebih nyaman, dan meraih kegembiaraan lainnya

Sebagian orang tak bisa bebas dari rasa bersalah dan merasa kebahagiaan hanya milik orang-orang yang lebih pantas dari mereka. Mereka tidak memahami makna kedamaian yang lebih dalam
.
Tuhan Maha Tahu dan Maha Pengasih, Tuhan tahu semua perbuatan kita. Tak ada yang tersembunyi bagi-Nya. Dan Tuhan mengampuni dosa-dosa kita jika kita bertobat dan menyesalinya.

Sunday, August 8, 2010

HARUSKAH KUMILIKI?

Hari ini aku terusik membaca kata bijak dari Khalil Gibran: “Sejatinya cinta tidak harus memiliki demi menjaga kedaulatan pribadi masing-masing”. Aku resah dengan pernyataan ini, karena kupikir aku memang harus menyadari bahwa intensitas komunikasi di antara kami yang kian hari kian meningkat telah menyeretku pada sebuah keadaan (yang tanpa kusadari) membuatku dependent (tergantung) kepadanya.

Harus jujur kuakui, semakin hari aku makin yakin dengan cinta yang kumiliki terhadap dia. Begitupun cinta yang dia berikan terhadapku, selalu memberikan kenyamanan dalam bathinku. Chemistry yang makin kuat menjadi salah satu indikasi bahwa di antara kami memang sudah semakin jelas pemahaman ke arah mana kami akan membawa biduk cinta kami.Walau aku tetap tidak mau memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi untuk relasi seumur jagung ini.

Memang itu bukan kemauannya, dia justru berharap aku merasa bebas terhadapnya dan bersamanya. Jadi bukan sifat dia yang mau mengatur hidupku apalagi sampai mengendalikan sesuai keinginannya. Bahkan terkadang ada sedikit "kejengkelan" di hatiku, ketika aku menceritakan sesuatu hal mengenai diriku, masalahku. Aku sebenarnya sedang membutuhkan sedikit komentar darinya, tapi dia hanya akan berkata, “Aku bangga padamu, aku yakin kau bisa menyelesaikan semua itu dengan baik!”. Terkadang, yang kubutuhkan adalah perhatian, sedikit saja. Yah....lagi-lagi aku harus memaklumi, kalau untuk saat ini bukan cuma hanya aku yang menyita waktu dan pikirannya, tetapi juga pekerjaanya. Dia katakan, bahwa ini semua demi masa depan kita juga.

Memang, sebagai perempuan, sejak kecil sangat mandiri karena aku tidak percaya kepada siapapun untuk diajak sharing, saat ini aku satu-satunya putri yang dimiliki Papa dan Mamaku, sehingga lucu rasanya bicara masalah ‘jeroan’ perempuan dengan mamaku apalagi papaku karena aku tidak mau membebani pikiran mereka dengan masalah-masalahku ini, apalagi dengan orang lain.

Namun, harus terbuka kuakui... Cinta ternyata bisa merubah banyak hal. Dan konyolnya, aku yang sebenarnya sangat independent dalam membuat keputusan, bisa dengan pasrah menaklukkan diri supaya ada dalam kendalinya, bahkan tanpa dia ingini dan dia minta. Kutimbang-timbang dalam hatiku.... sepertinya, dengan bersikap demikian aku juga justru sedang berusaha untuk tahu banyak hal mengenai dirinya, intervensi dengan segala hal yang dia lakukan sebagai kebiasaan.

Dengan mengatas namakan CINTA dan berlindung di balik perasaan sayang, menginginkan yang terbaik untuk seorang kekasih, aku mulai terdengar sering berteriak agar jatah merokoknya dikurang, agar pola hidupnya lebih sehat, agar makannya dijaga dan teratur jadwalnya.... agar....agar....dan sekian “agar” lainnya, termasuk kata-kata seperti ini....Hati-hati ya? Doaku selalu bersamamu!" Alamak.....lazim sekali terdengarnya.

Ah..... aku mulai terseret pada perasaan memiliki yang lebih dalam, menganggap bahwa aku sepertinya lebih berpengetahuan dan lebih teratur hidupnya dari dia sehingga aku harus ikut untuk meng-"organize" dirinya yang diakuinya sangat tidak teratur dan sering tidak terkontrol. Padahal bukan berarti juga ketika dia bicara mengenai kejelekannya berarti dia sedang meminta aku turun tangan memegang kendali, kan?

Khalil Gibran memang mengusikku: “Cinta tidak harus memiliki demi menjaga kedaulatan masing-masing”. Sekarang aku resah, bagaimana mengatasi perasaan memiliki yang mulai tumbuh? Apakah mungkin tendensinya menjadi destruktif terhadap rasa aman dan rasa nyaman yang sudah mulai bisa terbangun ini???

Entahlah!

Friday, July 30, 2010

PELAJARAN HIDUP

Segala sesuatu di dalam hidup terjadi karena alasan tertentu, bukan karena kebetulan atau akibat nasib baik atau nasib buruk. Penyakit, cedera, cinta, kehilangan sesuatu yang berarti, dan kebodohan, semuanya terjadi untuk menguji kesabaran kita. Tanpa ujian-ujian kecil ini, hidup akan terasa datar, lurus dan tak ada tujuan.

Jika seseorang menyakiti kita, mengkhianati, atau membuat kita patah hati, maafkan mereka. Mereka membantu kita belajar tentang kepercayaan dan pentingnya sikap berhati-hati, kepada siapa kita membuka hati.

Jika seseorang mencintai kita, cintai balik secara tidak bersyarat, bukan hanya karena mereka mencintai kita, tapi karena mereka mengajari kita untuk mencintai dan membuka hati dan mata kita untuk hal-hal yang tak pernah akan kita lihat atau rasakan tanpa mereka.

Belajar berhubungan dengan keheningan di dalam diri sendiri, dan disadari, bahwa segala sesuatu di dalam hidup punya tujuan. Tak ada kesalahan, tak ada kebetulan. Semua kejadian adalah rahmat yang diberikan kepada kita untuk pembelajaran.
(Elizabeth Kubler Riss)

Thursday, July 1, 2010

CINTA ITU SABAR DAN PENGERTIAN

Alkisah, seorang perempuan yang baru menikah membawa sebuah kotak sepatu ketika pindah ke rumah suaminya di tanah pertanian, di kaki gunung. Kotak sepatu itu diletakkannya di lemari pakaian dan berpesan pada suaminya, agar tidak menyentuh kotak tersebut.

Si suami patuh. Selama 50 tahun, ia tidak pernah menjamah dan membuka kotak sepatu tersebut. Sampai suatu ketika, istrinya yang sakit-sakitan dan tampaknya hati-harinya hampir tiba.

Saat merapikan barang-barang di lemari, si suami menemukan kotak sepatu itu lagi dan mengira isinya penting. Ia lalu buka kotak itu dan menemukan dua taplak meja kecil hasil rajutan istrinya. Di bawahnya tersimpan sejumlah banyak uang tunai.
Ia lalu membawa kotak itu kepada istrinya dan menanyakan renda dan uang tunai tersebut.

“Ibu saya memberi saya kotak itu di hari pernikahan kita. Dia menyuruh saya merajut renda unutk membantu mengatasi rasa frustasi setiap kali saya marah kepadamu,”jelasnya.
Si suami terharu. Selama 50 tahun, istrinya hanya marah dua kali karena hanya ada dua renda.
“Lalu uang tunai itu darti siapa? Tanyanya.
“Oh, itu uang hasil penjualan taplak renda yang selama ini saya buat,”jelasnya.


Pada dasarnya, cara untuk menghindari konflik bukan dengan seni atau kerajinan tangan. Merajut renda memang bisa mengalihkan perhatian dari masalah, tapi tidak mengubah apapun.

Cara mencegah konflik dalam cinta adalah dengan melalui lembah pengertian, seperti kata Marge Piercy, hadiah pertama adalah hidup. Hadiah kedua adalah cinta dan hadiah ketiga adalah pengertian. Cinta membuat kita hidup dan member kita pengertian, yang lalu mendatangkan cinta.

Mungkin kita pernah mendengar bahwa, cinta itu sabar dan baik hati. Jika cinta itu sabar, mungkin itu disebabkan cinta benar-benar pengertian.

Friday, June 25, 2010

PENGALAMAN MASA LALU

Kita mudah bersikap negatif dengan kesalahan-kesalahan dan ketidakbahagiaan masa lalu. Tapi jauh lebih sehat memandang diri kita dan masa lalu sebagai pengalaman, penerimaan, dan pertumbuhan.

Kita menjalani pengalaman yang persis yang kita perlukan, untuk menjadi siapa kita hari ini. Maka Lepaskan pikiran negatif yang kita pendam tentang keadaan masa lalu atau hubungan masa lalu dan terima dengan rasa syukur, segala sesuatu yang membuat kita menjadi seperti hari ini.

Sunday, June 13, 2010

MOTIVASI CINTA

Suatu hari, seorang anak perempuan berumur 12 tahun mengajak adiknya yang cacat mental mencari kado untuk hadiah. Saat memasuki sebuah toko serba ada, si adik secara tak sengaja menabrak tumpukan tinggi kotak berisi sepatu. Akibatnya, sepatu berhamburan kemana-mana. Seorang pegawai segera mendatangi kedua anak itu. Dengan bertolak belakang, si pegawai berkata,

“Pungut semua sepatu itu! Rapikan sekarang juga!”
“Tidak! Saya tidak mau,” teriak anak laki-laki itu.
“Ayo, cepat pungut!” bentak si pegawai.
“Tak mau! Saya tidak mau!” bantah si anak laki-laki sambil teriak.


Anak perempuan itu lalu memunguti sepatu-sepatu itu. Melihat kakaknya bekerja, si adik lalu membantu kakaknya. Dan si pegawai itu ikut membantu. Sesudah itu, ketiganya bekerja memasukkan sepatu-sepatu ke dalam kotaknya sampai rapi seperti semula.

Sebelum berlalu, anak perempuan itu memberi pelajaran berharga kepada si pegawai toko,

“Ibu harus mencintai adik saya dulu, kalau mau minta dia bekerja membantu itu.”

Pesan moral yang dapat kita ambil dari cerita ini, bahwa kata-kata mungkin juga bermanfaat bagi kita semua, yang bekerja dan hidup bersama orang lain. Jika ingin orang-orang merespon, cobalah mengasihi mereka agar mau bekerja. Semua orang suka madu yang manis. Jika kita memberi orang apa yang mereka inginkan, mereka berkemungkinan besar memberikan apa yang kita minta dari mereka.

Orang-orang termotivasi karena berbagai cara. Rasa takut misalnya, atau rasa bersalah. Tapi dalam hidup sehari-hari terbukti, jenis motivasi yang paling efektif agar orang-orang yang hidup dan bekerja dengan kita mau mengerjakan sesuatu adalah cinta yang diwujudkan dalam tindakan.


Steve Goodier – Situs Life Support System)

Tuesday, June 1, 2010

MENJADI ORANG PALING CANTIK DI DUNIA

Dulu Vina pernah menyesal karena Tuhan memberinya raut wajah yang tidak menarik. Vina merasa tersisih dan tak berguna karenanya. Namun sebuah peristiwa menyadarkannya bahwa kecantikan hati jauh lebih penting dibanding kemolekkan lahiriah semata. Dan Vina pun sadar bahwa cara berpikirnya selama ini, salah.

Ketika sadar Vina tidak secantik artis-artis dan model di televisi, dia mengalami krisis kepercayaan diri yang berlebihan. Sepertinya di dunia ini hanya dialah yang mempunyai masalah terberat di dunia. Ketika teman-temannya mulai naksir pada lawan jenis dan punya pacar, Vina justru merasa menjadi wanita jelek yang tidak pantas dicintai. Yang paling membuatnya rendah diri adalah pipinya dipenuhi oleh jerawat. Dalam kesendirian, kadang Vina menangisi nasibnya yang tidak memiliki paras secantik wanita lain.

Suatu hari Vina keluar rumah untuk belanja. Di tengah jalan dia bertemu dengan seorang kakek yang ingin menyeberang jalan raya, tampaknya kakek itu seorang pengemis. Penampilan kakek tersebut sangat memprihatikan dan tidak terurus. Vina membantu kakek itu menyeberangi jalan yang ramai dan padat dengan kendaraan yang lalu-lalang. Namun bukan sampai disitu, Vina mengantarkan kakek tersebut sampai di tempat tujuannya, yaitu ke sebuah rumah kardus di daerah kumuh. Ternyata itu adalah rumah si kakek. Melihat kondisi tersebut, Vina tidak tega dan merasa kasihan. Dengan sedikit uang yang dimilikinya, tanpa pikir panjang, Vina memberikan uang itu dan menyisihkan sedikit saja dari uang yang dia miliki untuk ongkos pulang ke rumah. Dan melupakan niatnya untuk berbelanja.

“Terima kasih banyak ya cu atas bantuannya dan uang yang cucu berikan, dengan uang ini bisa untuk makan kakek selama beberapa hari. Semoga Tuhan membalas segala kebaikan cucu.”

“Sama-sama kek, itu tidak seberapa. Saya senang bisa membantu kakek. Alhamdulillah….sesama makhluk Allah harus saling menyayangi ya…” ujar Vina
Hari itu tiba-tiba di dada Vina terasa mengalir udara sejuk yang menghapuskan segala kegalauan hatinya.

Namun peristiwa itu belum bisa menghapus pikiran Vina tentang dirinya yang selalu menyesali dirinya yang memiliki fisik tidak menarik. Kegalauan itu muncul lagi, Vina kembali menyesali nasibnya menjadi si buruk rupa. Apalagi bila metatap cermin dan melihat pipinya yang penuh dengan jerawat. Pipinya tampak rusak. Kenapa dia merasa tidak diciptakan sebagai wanita yang berpipi mulus, berbadan langsing dan berkulit putih mulus? Ternyata Tuhan tidak adil, pikirnya saat itu.

Saat itu Hari Raya dan Vina harus bersilaturahmi dengan tetangga sekitar. Ketika mengunjungi rumah tetangganya yang masih terbuat dari bambu, Vina menjadi tertegun. Keadaan tetangganya itu sungguh payah, si empunya rumah sedang sakit parah dan wajahnya cekung karena sakit. Vina langsung menyerahkan sejumlah uang sambil menyalaminya. Tetangganya itu terharu sampai menitikkan air mata. Beliau mengucapkan terima kasih yang begitu menyejukkan hati Vina. Melihat kebahagiaannya, seharian itu Vina merasakan kembali udara segar memenuhi dadanya sehingga tak terpikirkan lagi kekurangan yang ada pada dirinya. Vina merasa cantik. Ternyata dengan menolong makhluk Tuhan, Vina merasa dirinya menjadi cantik dan berguna. Itu sangat membahagiakannya.

Akhirnya Vina punya cara tersendiri untuk membuat hidupnya lebih ringan, meski Vina tidak secantik artis. Kini dia sadar Tuhan itu adil. Dia memberikan kebahagiaan pada setiap manusia dengan cara yang berbeda, tidak harus melalui bentuk fisik manusia.

Buktinya setiap kali menolong orang lain, Vina bahagia dan hal itu membuatnya menjadi orang yang paling cantik di dunia cantik. Kini, Vina berusaha untuk selalu menolong sesama, karena dengan melakukan hal itu dia merasa semakin cantik setiap hari.

“Memberi pada sesama makhluk Tuhan dengan tulus, kita akan merasakan kebahagiaan yang tak dapat dibandingkan dengan harta apapun di dunia ini.” Dan bila kita berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, kita akan kembali dalam perasaan nyaman dengan diri sendiri.

Monday, May 24, 2010

SAHABAT SEJATI

Suatu masa dalam Perang Dunia I, seorang serdadu yang berlindung dalam parit perlindungan melihat sahabatnya sejak masa kanak-kanak, roboh tertembak. Peluru terus berdesing dan tembakan berlangsung tak henti-hentinya. Dalam keadaan seperti itu, serdadu tersebut bertanya kepada komandannya, apakah dia boleh ke luar dari parit membawa temannya yang tertembak kembali ke tempat perlindungan mereka.

“Ya, kamu boleh pergi. Tapi saya rasa tak ada gunanya. Sahabatmu kemungkinan sudah meninggal dan kamu mungkin membahayakan nyawamu sendiri,” kata komandannya.

Serdadu itu tidak peduli dan nekad lari ke tempat sahabatnya di tengan desingan peluru. Dia berhasil menjangkau sahabatnya dan menyeretnya ke tempat perlindungan mereka. Komandannya segera memeriksa serdadu yang roboh dan sesaat kemudian, menatap serdadu yang membawa sahabatnya kembali.

“Saya sudah bilang, ini sia-sia. Sahabatmu sudah meninggal dan kamu hampir saja menuju kematian,” katanya.
“Ini tidak sia-sia, Pak,” sahutnya.
“Apa yang kamu maksudkan tidak sia-sia? Sahabatmu sudah meninggal,” kata sang komandan.
“Ya, Pak,” ujar serdadu itu lesu.
“Tapi ini tidak sia-sia karena waktu saya sampai kesana, dia masih hidup dan saya senang dia berkata, “Jim, saya tahu, kamu akan datang.”


Dalam hidup ini, sesuatu itu sia-sia atau tidak, benar-benar tergantung pada cara kita memandangnya. Karena yang perlu kita lakukan adalah kumpulkan seluruh keberanian dan lakukan sesuatu berdasarkan suara hati agar kita tidak menyesal tidak melakukannya di suatu hari nanti.

Ingatlah bahwa.....Teman sejati datang ketika semua pergi.

Thursday, May 20, 2010

TERSENYUMLAH !


Senyum tak perlu keluar biaya, tapi memberi banyak. Dan senyum tak bisa dibeli, diminta, dipinjam, atau dicuri karena senyum tak ada nilainya untuk siapapun, sampai senyum diberikan.

Senyum memperkaya yang menerima tanpa membuat miskin si pemberi. Senyum hanya berlangsung sesaat tapi kenangannya kadang berlangsung sampai selamanya.

Tak ada orang yang begitu kaya atau begitu kuat, sampai bisa bergaul dengan orang lain tanpa senyum, dan tak ada yang begitu papah sampai tak bisa menjadi kaya karena senyum.

Sebagian orang terlalu lelah untuk memberi kita senyuman. Berilah mereka senyuman, karena tak ada orang yang lebih membutuhkan senyuman selain orang yang tak bisa tersenyum.

Jadi, tersenyumlah, karena senyum menenangkan keresahan, membangkitkan semangat bagi yang berkecil hati, cahaya mentari bagi yang sedih, dan penangkal alamiah terbaik untuk masalah.

Thursday, May 13, 2010

KEBAHAGIAAN TERAKHIR

Perbuatan-perbuatan kecil yang kita lakukan, kadang tanpa kita sadari, punya makna besar dan berarti bagi seseorang. Orang-orang seringkali tak ingat apa persisnya yang kita lakukan, tapi akan selalu ingat perasaan yang kita bangkitkan dalam hati mereka.

Di masa muda, Budi yang tak ingin punya bos, bekerja sebagai supir taksi dan memilih shift malam. Tanpa disadarinya, ia juga menjadi tempat keluh kesah para penumpang yang dibawanya. Seringkali, begitu naik ke taksi, duduk di belakang, tanpa dikenali identitasnya, para penumpang bercerita tentang kehidupan mereka. Banyak kisah yang menyenangkan, yang membuatnya tertawa. Tapi banyak juga kisah sedih, yang membuatnya meneteskan airmata.

Suatu malam, Budi menerima panggilan untuk menjemput penumpang di sebuah rumah di kota yang tenang. Ia menduga akan menjemput undangan pesta yang akan pulang, atau seseorang yang bertengkar dengan pasangannya. Atau seorang pekerja shift dini hari di pabrik.

Budi tiba di sebuah rumah kecil di alamat yang disebutkan pada pukul 02.30 dini hari. Rumah dua tingkat tersebut gelap. Tampak hanya satu lampu yang menyala di lantai bawah. Dengan situasi seperti itu, kebanyakan supir taksi akan menekan klakson satu atau dua kali. Tunggu beberapa saat, lalu pergi. Tapi Budi lain. Sudah teramat sering ia melihat orang-orang mampu di negeri ini yang tergantung pada taksi sebagai sarana transportasi.

Seperti biasa, Budi mempelajari situasi di sekelilingnya. Jika terasa aman, ia selalu datang ke pintu rumah. Penumpang ini mungkin seseorang yang perlu bantuannya, begitu pikirnya. Budi lalu berjalan ke pintu dan mengetuknya.
“Tunggu sebentar,” terdengar jawaban seorang nenek dengan suara lemah.

Budi mendengar sesuatu diseret. Sesudah agak lama, pintu dibuka. Seorang perempuan kecil berusia 80-an berdiri di depan Budi. Ia mengenakan rok kembang-kembang kecil, mengenakan topi dengan penutup di depannya, seperti perempuan tua dalam film 40-an. Disampingnya terletak sebuah koper kecil. Rumah kecil itu tampak seakan lama tidak berpenghuni. Semua perabot ditutupi kain. Tak ada jam di dinding, tak ada peralatan di lemari dan di rak. Di sudut ruang terdapat sebuah lemari kayu dengan pintu kaca berisi foto dan piring gelas.

“Bisa tolong bawa koper saya ke taksi?” katanya.

Budi membawa koper ke taksi dan kembali untuk membantu nenek tersebut. Ia menggandena lengan Budi dan berjalan perlahan di sampingnya menuju taksi sambil terus berterima kasih kepada Budi.

“Terima kasih kembali,” kata Budi.
“Saya cuma mencoba membantu penumpang saya seperti saya memperlakukan ibu saya,” tambahnya.
“Oh, Anda anak baik,” katanya.

Sesudah duduk di dalam taksi, perempuan tua itu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat, lalu bertanya,

“Apakah kita bisa lewat kota?”
“Itu buka jalan terpendek,” sahut Budi cepat.
“Tak apa. Saya tidak peduli. Saya tidak buru-buru. Saya sedang menuju panti jompo, “ katanya.

Budi memandangnya dari kaca spion. Mata nenek itu tampak bersinar.

“Saya tak punya keluarga, tak punya siapapun lagi. Kata dokter waktu saya tak lama lagi.”
Mendengar itu, perlahan Budi mematikan meteran argo.
“Ibu ingin melewati jalan apa?” tanyanya.


Dalam 2 jam berikutnya, taksi meluncur keliling kota. Nenek itu menunjukkan bangunan tempat dia bekerja sebagai operator lift. Lalu meluncur ke wilayah tempat dia dan suaminya tinggal ketika baru menikah. Ia lalu menyuruh Budi meluncurkan taksinya ke depan sebuah gudang perabot. Di zaman dulu, tempat itu adalah ballroom tempatnya belajar dansa ketika remaja. Kadang, nenek itu menyuruh Budi memperlambat laju kendaraan di depan bangunan tertentu atau di sudut jalan tertentu, sambil dia memandang ke dalam kegelapan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Saat cahaya sang surya mulai tampak di ufuk langit, nenek itu tiba-tiba berkata,

“Saya lelah. Mari kita pergi sekarang.”

Budi meluncurkan taksi ke tempat alamat yang diberikan dalam keheningan dan lalu tiba di sebuah rumah petirahan. Taksi lalu meluncur ke pekarangan. Dua perawat segera keluar dan mendekati taksi. Keduanya tampak khawatir dan tegang, dan memperhatikan setiap gerak-gerinya. Budi menduga kedua perawat tersebut pasti sudah menunggunya.

Budi membuka bagasi dan membawa koper kecil itu ke depan pintu bangunan. Nenek itu sudah duduk di kursi roda.

“Saya harus bayar berapa?” tanyanya sambil mengambil dompetnya.
“Tak usah bayar,” kata Budi.
“Ini mata pencaharian anda,” katanya
“Saya bisa dapat dari penumpang lain,” sahut Budi.


Budi lalu membungkuk dan memeluknya. Nenek itu memeluknya kuat.

“Anda sudah memberi seorang nenek tua kebahagiaan singkat yang terakhir,” katanya. Terima kasih.”

Budi menekan tangannya, lalu berjalan dalam cahaya pagi yang suram. Ia mendengar bunyi pintu ditutup. Bagi Budi, itu adalah bunyi penutupan hidup.

Sesudah itu Budi tidak menerima penumpang lainnya. Ia meluncurkan taksi tanpa tujuan, sambil terus membayangkan nenek tersebut. Sepanjang hari itu, Budi tidak banyak bicara. Bagaimana jika nenek itu dapat supir taksi yang pemarah? Atau supir yang ingin cepat-cepat pulang karena shift-nya berakhir? Atau supir taksi yang hanya klakson sekali, lalu pergi? Hari itu, dalam renungan singkatnya, Budi merasa belum pernah melakukan apapun yang sepenting itu selama hidupnya.

Seringkali kita merasa, hidup kita harus berputar di sekitar hal-hal hebat. Padahal seringkali kita tidak menyadari hal-hal hebat, yang terbungkus secara indah dalam kemasan yang dianggap remeh oleh orang-orang lain.

“Mulai hari ini, perlakukan semua orang yang kita temui seakan mereka akan meninggal pada tengah malam. Berikan mereka semua perhatian, kebaikan, dan pengertian yang bisa kita kerahkan, dan lakukan tanpa memikirkan imbalan. Hidup kita tak pernah akan sama lagi.” (OG Madino)

Sunday, May 9, 2010

ARTI HIDUP

Buat aku, HIDUP adalah masalah. Masalah yang harus diselesaikan dan dicari solusinya. Kita tidak bisa menghindar atau lari dari masalah. Kalau tidak diselesaikan atau menghindarinya, satu saat pasti akan terakumulasi. Satu saat akan meledak dan menghancurkan diri kita sendiri. Jadi sebelum masalah itu membesar dan meledak, harus diselesaikan secepatnya. Kita tak bisa menghindar atau lari dari masalah, selesaikan secepatnya jangan ditunda.

HIDUP adalah ujian dan cobaan. Hidup harus dijalani dengan hati yang ikhlas dan lapang dada. Nah, sekarang bagaimana kita melewati berbagai ujian itu tanpa rasa emosi, tanpa harus terbakar amarah dan dendam pada orang lain.

Dan HIDUP juga sebagai pilihan. Kemanapun kita berjalan dan pergi selalu dihadapkan dengan pilihan. Pilihan antara yang baik dan buruk. Pilihan yang terkadang tidak mudah diputuskan. Setiap pilihan pasti punya konsekwensi sendiri. Setiap pilihan harus diperjuangkan, harus pintar-pintar dan hati-hati memilihnya. Jangan sampai salah dan keliru menentukan pilihan. Dan yang paling penting harus bisa mengelola pilihan dengan baik. Intinya, ambil hal-hal positif atau baik dari pilihan yang buruk, yang jelek atau jahat kita buang.

Friday, May 7, 2010

MITOS ; BELIEVE IT OR NOT?

Sering kan, mendengar mitos yang tampaknya nggak masuk akal, tapi orang tetap percaya. Mitos seakan jadi keyakinan plus tantangan yang tidak boleh dilanggar. Katanya, menentang mitos bisa kualat, loh! Nah, kita harus mematuhi mitos itu nggak sih? Hmm.....meski sulit dipercaya, sebagian mitos itu tujuannya baik, kok! Let’ see....

Nyapu di malam hari = Buang rejeki

Dianggap sama aja membuang rejeki, dan rejeki akan sulit datang lagi.

Logikanya = Rejeki datang tergantung usaha dan doa kita. Tapi.....nggak ada salahnya kita turuti. Karena, nggak asyik banget dong, ya....masih sibuk nyapu di malam hari saat orang-orang di sekitar udah mulai istirahat. Debu yang berterbangan mengganggu pernafasan. Lagipula, nyapu malam hari kan jadi nggak keliatan jelas bersih atau nggak.

Buka payung di dalam rumah = Meninggal

Mitosnya, ada orang terdekat atau saudara yang akan meninggal atau terkena musibah kalu kita membuka payung di dalam rumah.

Logikanya = Tentunya hidup atau mati seseorang ditentukan Tuhan, bukan payung. Tapi, sebaiknya memang nggak buka payung di dalam rumah, karena ngapain juga kita iseng nggak jelas gitu, khan? Kecuali kalau genteng rumah bocor..... :D

Duduk atau makan di pintu = Jauh jodoh

Biasanya orang tua atau kakek nenek yang sering mengingatkan. Katanya pamali, dan jadi lama ketemu jodoh.

Logikanya = Tentunya jodoh juga lebih tergantung dari usaha dan doa. Tapi…pintu tuh tempat orang berlalu lalang, jadi ya mengganggu banget kalau kita duduk di situ. Makan juga jadi nggak higienis kalau di pintu.

Kejatuhan cicak = Musibah

Akan ada kesedihan menimpa keluarga kita. Kalau jatuhnya tepat di kepala, kita akan mengalami kesedihan yang sangat.

Logikanya = Musibah itu ditentukan Tuhan, jadi nggak ada kaitannya dengan cicak yang kehilangan keseimbangan. Yah…lagi sial aja. Mendingan sering-sering liat ke atas kalau lagi di ruangan yang banyak cicak. Khan nggak asyik aja kalau kejatuhan, berasa geli dan jijik kali ya?

Nyapu nggak tuntas = Rejeki susah

Kalau menyapu ruangan trus sampahnya cuma dikumpulin di pojok, rejeki buat kita akan nggak lancar.

Logikanya = Rejeki memang nggak ditentukan dari menyapu, tapi kalau menyapu dan cuma ditaruh di pojok, berarti kita pemalas. Orang malas ya bakal jauh dari rejeki.

Sunday, May 2, 2010

MAMAKU ADALAH MATAHARIKU

“Surga dibawah telapak kaki ibu! Benarlah jika pepatah ini dimaksudkan secara tidak langsung untuk mengingatkan kita semua bahwa, jika kita ingin mencari surga, hormatilah ibu kita.”

Orang bisa mengukur kesuksesan dari banyak segi. Bagiku kesuksesan dari segi materi adalah ketika aku menginginkan sesuatu, aku tidak perlu bertanya berapa harganya. Mungkin orang menganggap standarku terlalu tinggi, tapi bukan itu maksudnya. Aku juga memiliki standar hidup dimana aku bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhanku tanpa bergantung pada orang lain. Bahkan dengan pencapaianku itu aku bisa membahagiakan keluargaku juga orang lain untuk berbagi.

Namun, arti kesuksesan secara umum bagiku adalah ketika aku sudah bisa membuat orang tuaku, terutama mamaku bahagia, tenang dan selalu tersenyum. Mama adalah matahari bagiku. Setelah Allah, dialah yang terpenting bagiku.

Roda kehidupan memang berputar. Kadang berada di atas, suatu saat, roda itu akan berhenti di bawah. Begitu juga manusia, setelah tersentil baru terasa. Banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari sebuah pengalaman. Aku masih ingat sebuah pengalaman bersama mama yang mengajarkanku arti ketabahan dan kesabaran yang sesungguhnya. Masa itu merupakan titik balik kehidupanku. Aku belum bekerja, mama sedang mengalami kesulitan keuangan dan papa sedang berada di luar kota. Jadi di rumah hanya ada aku dan mama. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya sudah berkeluarga dan tinggal di lain kota.

Hari itu tanggal tua, kata orang tanggal yang sangat rawan bagi pegawai negeri apalagi pensiunan PNS seperti orang tuaku. Rekening saldo tabungan tinggal Rp 20.000,-, hanya cukup untuk mempertahankan rekening bank agar tidak ditutup, kala itu. Kalaupun diambil melalui ATM juga tidak bisa. Di dompetku cuma ada uang Rp 5.000,- dan di dompet mama hanya Rp 10.000,-. Hari sudah siang, hari itu aku dan mama bingung mau makan apa siang ini karena uang yang kami miliki tidak cukup untuk makan sedangkan persiapan bahan-bahan makanan di kulkas dan di lemari sudah habis. Untungnya masih ada beras, telur, beberapa bumbu dapur dan mentega. Parahnya lagi, gas untuk memasak juga habis, apalagi minyak tanah tinggal sedikit. “Bagaimana ini?”, pikirku saat itu.

Saat bersamaan, datang ke rumah anak dari Yayasan Panti Asuhan untuk meminta sumbangan. Aku putuskan untuk menyerahkan uang Rp 5.000,- . Aku pasrah saja walaupun cuma itu yang aku miliki, sedangkan hari sudah siang dan kami sudah lapar. Mama hanya bisa memandangi aku dan belum tahu harus berbuat apa. Tetapi, kemudian aku mendapatkan ide,

“Kita masak bikin tungku aja ya, ma, kan masih ada sedikit minyak tanah untuk memancing kayu bisa menjadi api. Sayurnya kita petik dari kebun belakang rumah. Lumayan buat mengganjal perut, jadi uang yang ada bisa buat besok menjelang gaji mama masuk ke ATM.”

Aku mengambil beberapa kayu sisa-sisa renovasi bangunan rumahku. Aku segera membuat tungku api untuk pembakarannya, lalu berpanas-panasan bahkan sesekali mataku perih karena tertimpa asap dari kayu bakar. Dalam keadaan seperti itu, sambil mengipasi bara api, batinku menjerit, sedih dan ingin menangis rasanya, tapi aku tahan agar mama tidak ikut sedih. Aku melirik mama, kuteliti wajahnya. Tidak ada tanda-tanda tertekan ataupun susah. Tapi aku juga tidak yakin, apakah mama juga menutupi perasaanya saat itu. Padahal sebelumnya mama adalah orang yang tidak bisa menerima keadaan. Latar belakang hidup mama dimasa mudanya yang tidak pernah susah dan terpenuhi segala kebutuhannya. Namun setelah pensiun, setiap kali ada masalah, mama selalu marah-marah. Kalau sudah begitu, akulah yang selalu menjadi tempat pelampiasan mama disaat hati mama sedang tidak enak. Tapi hari itu tidak. Sepertinya semua masalah yang ada sudah diterima dengan lapang, tabah dan tegar.

“Yang belum pernah kita alami, sekarang kita jalani, yang terpenting tidak ada yang tahu kita begini. Jangan beritahu saudara-saudara, mama tidak pernah mau meminta ke anak, dan mama juga tahu, mereka semua punya kebutuhan masing-masing. Kalau dipikir lucu juga, tinggal di rumah yang bagus, punya mobil dan kelihatan sama orang kita bukan orang susah tapi tidak punya uang. Sekarang kita nikmati saja, masih bisa bersyukur punya rumah sendiri, Alhamdulillah mama tidak merasa susah.” Begitu kata mama optimis.

Sikap mama yang tegar saat itu semakin mengajarkanku bagaimana menghadapi hidup. Aku yang terbiasa dengan kehidupan yang stabil harus mulai membiasakan diri hidup dalam menghadapi kondisi apapun. Itulah sebabnya, terkadang aku “sebal” melihat orang yang “rapuh” karena masalah uang/ekonomi. Ketika terkena masalah sedikit, rasanya “down” setengah mati. Padahal banyak orang di sekeliling kita yang lebih sengsara. Bagiku, intinya aku harus selalu bersyukur masih diberi pikiran yang sehat, hati yang baik, dan yang terpenting, aku masih memiliki semangat dan memiliki mama. Hikmah yang aku dapat adalah bahwa suatu saat kita hidup sendiri, karena itu harus mandiri dan kuat bertahan sebagai individu yang penuh tanggung jawab.

Mama adalah segalanya bagiku, lengkap dengan segala kelebihan juga kekurangannya. Mama juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Walau sesekali kami masih terlibat pertengkaran-pertengkaran kecil karena salah paham tapi aku sangat mencintai mama dan tidak ingin melihat mama terluka. Aku sempat berpikir, biarlah aku saja yang “menyakiti” mama dengan caraku, jangan orang lain. Maksudnya, selama ini jika ada kata-kata mama yang tidak berkenan di hati orang lain, sehingga orang lain salah pengertian atau tersinggung, lalu mereka “memojokkan” mama atau bahkan jika ada orang lain “menyakiti” mama, aku tidak pernah bisa terima. Aku menjadi benteng dan penasehat mama yang selalu mengingatkan mama dengan cara dan gayaku.

Berbahagialah kita yang masih mempunyai ibu, berarti kita masih diberi kesempatan untuk membahagiakannya. Dan betapa tidak beruntungnya kita, jika kita menyia-nyiakan mereka terutama di masa tuanya. Suatu saat kita akan menjadi orang tua, punya anak dan menjalani masa tua seperti ibu kita. Kita akan menjadi orang tua dari anak-anak kita. Begitu pula harapan kita terhadap anak-anak kita kelak. Harapan setiap orang tua adalah anak-anak mereka akan menjadi anak-anak yang sholeh dan sholeha, anak-anak yang berbakti terhadap orang tuanya, dan anak-anak yang dapat membahagiakan dan selalu mendoakan orang tuanya, terutama ibu kita.

Jangan menunggu sesuatu yang buruk menimpa sebelum kita sempat membahagiakan ibu kita. Karena sebuah kata menyesal takkan merubah apapun dan tidak akan berarti apa-apa. Bukan pula sekedar niat di hati dan kata-kata di mulut bahwa “Aku sangat sayang dan cinta sama Ibu” tapi perbuatan dan tingkah laku, masih sering membuat Ibu kita menangis. Berbuatlah sesuatu dari sekarang. Jika kita tidak bisa membahagiakannya dengan materi, bahagiakanlah selalu perasaannya dan doakanlah. Jika Ibu sudah tiada namun teruslah berdoa untuknya agar dia tenang, bahagia dan selalu tersenyum berada di surga.

Mama.......
Ini bukan sekedar kata-kata namun kata-kata ini lahir dari batinku yang terdalam yang mengatakan bahwa kebahagiaan mama adalah kebahagiaanku dan kesedihan mama adalah kesedihanku juga.
Ijinkan anakmu ini membahagiakanmu….teruslah berbahagia….
Semua sudah kita dapatkan …. Semua juga sudah kita serahkan kepada Allah saja.
Aku hanya ingin selalu bersyukur dan aku sudah melakukan apa yang bisa aku lakukan.

Mama.......
Walau tidak pernah tersurat, tapi tersirat kalau mama juga ingin aku bahagia……
Suatu saat jika “anugerah” itu datang padaku, aku ingin mama bahagia dengan pilihanku. Seperti mama juga mengamininya.....

“Nak, tidak perlu ganteng dan kaya, karena semua itu semu, tapi yang terpenting kaya hatinya, tulus berkomitmen, yang bisa membimbingmu ke jalan Agama, sayang kepadamu dan keluarga karena Allah SWT.”

Dan suatu masa, jika aku kelak menjadi ibu bagi anak-anakku.....aku akan mendidiknya seperti harapanmu seiring dengan doa-doamu yang tak pernah putus untukku.
Terima kasih mamaku, engkau adalah matahariku....
Engkaulah yang sebenar-benarnya belahan jiwaku.

Kasih ibu tanpa pamrih..... Seandainya kasih ibu bisa dibalas, sampai matipun jutaan anak di dunia ini tidak akan pernah selesai membalasnya.

Tuesday, April 27, 2010

MENILAI DIRI SENDIRI

Seorang anak laki-laki kecil masuk ke sebuah toko kelontong dan mencoba menggunakan telepon umum yang terpasang di depan toko. Karena tinggi, ia lalu menarik sebuah peti kayu kosong agar bila memencet nomor telepon. Pemilik toko mengawasinya secara diam-dian.

“Ibu, apakah saya bisa bekerja sebagai pemotong rumput di halaman rumah ibu?” Tanya anak itu.
Ibu di seberang sana rupanya menolak.
“Oh, Ibu sudah punya pemotong rumput? Bagaimana kalau Ibu membayar separuh dari upah yang dibayarkan kepada pemotong rumput?” tanyanya lagi.

Sesaat kemudian, anak kecil itu berkata lagi,
“Kalau Ibu sangat puas dengan pekerjaan orang itu, saya juga bisa bekerja dengan cara yang sangat memuaskan. Saya juga bersedia menyapu seluruh pekarangan Ibu sehingga pekarangan itu jadi yang terindah di kota ini, “ bujuk si anak lagi.
Ibu di seberang sana ternyata menolak dan si anak menghentikan pembicaraan dengan ucapan terima kasih. Dengan senyum di wajah, ia meletakkan gagang teleponnya.

Pemilik toko yang mendengar pembicaraan itu lalu mendekati si anak kecil.
“Nak, saya suka sikapmu. Saya suka dengan semangat positif seperti itu dan ingin menawarkan pekerjaan kepadamu,” katanya.
“Tidak, terima kasih,” kata si anak.
“Bukankah kamu perlu pekerjaan? Tadi saya dengar kamu seperti memohon-mohon untuk mendapatkan pekerjaan itu.”
Bukan begitu, Pak. Saya hanya ingin tahu bagaimana penilaian atas pekerjaan saya. Saya sudah bekerja dengan ibu itu sebagai pemotong rumput.”

“Inilah yang dimaksud dengan menilai diri sendiri. Sering terjadi, yang berani menilai dirinya sendiri adalah orang-orang yang bersikap baik dan bekerja baik.”

Thursday, April 22, 2010

KECANTIKAN DARI HATI

Setiap wanita mungkin pernah berkecil hati karena merasa kurang cantik. Apalagi bila menyaksikan artis-artis perempuan di televisi yang kebanyakan bertubuh langsing dan seksi, rambut yang terawat, pipi yang mulus, dan penampilan serba wah dan masa kini.


Jangan heran bila kebanyakan mereka berusaha untuk memperbaiki penampilan diri. Mungkin bisa dengan sedot lemak, minum ramuan pelangsing super, operasi wajah, dan memakai produk kecantikan yang serba mahal. Meskipun sudah berolahraga setiap hari dan mengurangi makan, tetapi semua sia-sia. Jika dengan jalan itu bisa terbukti dan membuat seseorang merasa cantik, kenapa tidak.


Bagi yang bertubuh gemuk, rasanya begitu nelangsa melihat mereka yang bertubuh langsing itu. Bisa jadi sebagian besar perempuan yang bertubuh besar pernah merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak? Mereka tidak pernah merasakan betapa susahnya menyembunyikan tonjolan lemak di sekitar perut dan sedihnya tidak mudah mendapatkan ukuran baju yang sesuai di bak-bak bertuliskan SALE.


Meski kepalaku mengangguk saat orang-orang di sekitarku bilang bahwa, yang penting kan inner beauty seorang wanita., bukan sekedar cantik lahiriah saja,” ucap mereka menghibur. Namun hatiku tak sepenuhnya setuju kala itu, mana ada pria tertarik pertama kali pada inner beauty seorang wanita? Kebanyakan pasti tertarik pada kecantikan wajah atau tubuhnya yang langsing aduhai.

Pandanganku terhadap konsep cantik berubah saat aku membandingkan dua orang wanita, tepatnya ibu muda yang mempunyai kepribadian yang sangat jauh berbeda alias sangat bertolak belakang. Mereka adalah tetangga dekat rumahku.

Ibu Rina, orangnya sangat cantik, walau sudah dikaruniai dua orang anak, tetapi tubuhnya masih terawat dengan baik dan bertubuh langsing, Bisa dimaklumi karena Ibu Rina cukup bermodal untuk merawat dirinya dan dianggap orang dari kalangan menengah ke atas, namun suka berkata sinis dan seenaknya terhadap orang lain. Jangan tanya bagaimana sikap Ibu Rina terhadap anaknya, wuihh galak! Bahkan anak tetangga, tidak ada yang berani mendekati Ibu Rina.

Sangat berbeda dengan Ibu Eni, tetangga depan rumahku. Walaupun sudah lima tahun berumah tangga dan belum dikaruniai anak, ia justru terlihat sangat keibuan. Ibu Eni memang tidak secantik Ibu Rina, tapi dalam bertutur kata selalu mengucapkan kata-kata yang menyejukkan hati teman bicaranya, sabar dalam bersikap dan tidak pelit dengan sesama.

Lama-lama aku bisa menilai mereka. Meski Ibu Eni lebih tua 12 tahun dari Ibu Rina yang baru 27 tahun, tapi dia justru terlihat lebih muda. Kebaikan hatinya terpancar dari aura wajanya. Tak heran bila suami Ibu Eni tidak berniat mencari istri lagi meski mereka belum dikaruniai anak.

“Barang antik susah carinya,” begitu seloroh sang suami ketika ditanya mengapa dulu jatuh hati pada sang istri.

Sangat berbeda dengan kehidupan rumah tangga Ibu Rina. Dengar-dengar dari pembantunya, mereka sering bertengkar hebat. Bisa berhari-hari baru baikan lagi. Padahal tadinya kupikir, suaminya pasti betah di rumah karena memiliki istri yang cantik dan langsing, masih muda pula.


Inner beauty bisa terlihat dari pancaran mata seseorang, yang terasa damai dan nyaman saat ditatap. Pancaran mata itu terlihat indah meski tidak dibingkai eye-liner dan sapuan eye-shadow merek terkenal. Wajah yang selalu dipenuhi senyum akan terlihat cantik meski tanpa make-up. Orang yang memiliki inner beauty adalah orang yang penuh cinta kasih terhadap sesama dan berhati tulus. Meski secara fisik dia biasa saja, namun aura yang dipancarkannya terasa luar biasa.

Aku tidak mengatakan bahwa cantik fisik itu tidak penting, tapi kecantikan hati jauh lebih bernilai. Paling tidak keduanya harus seimbang. Kita harus ingat bahwa kecantikan fisik lama-kelamaan akan memudar seiring pertambahan usia. Berbeda dengan inner beauty yang abadi meski kita sudah tua. Bahkan saat kita sudah tidak ada di dunia ini, akan tetap menjadi kenangan manis oleh orang yang merasakannya.

Bukankah benar pepatah ini yang mengatakan bahwa ”Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan budi?” Dan kecantikan yang berasal dari hati jauh lebih bermakna.

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...