Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Monday, May 24, 2010

SAHABAT SEJATI

Suatu masa dalam Perang Dunia I, seorang serdadu yang berlindung dalam parit perlindungan melihat sahabatnya sejak masa kanak-kanak, roboh tertembak. Peluru terus berdesing dan tembakan berlangsung tak henti-hentinya. Dalam keadaan seperti itu, serdadu tersebut bertanya kepada komandannya, apakah dia boleh ke luar dari parit membawa temannya yang tertembak kembali ke tempat perlindungan mereka.

“Ya, kamu boleh pergi. Tapi saya rasa tak ada gunanya. Sahabatmu kemungkinan sudah meninggal dan kamu mungkin membahayakan nyawamu sendiri,” kata komandannya.

Serdadu itu tidak peduli dan nekad lari ke tempat sahabatnya di tengan desingan peluru. Dia berhasil menjangkau sahabatnya dan menyeretnya ke tempat perlindungan mereka. Komandannya segera memeriksa serdadu yang roboh dan sesaat kemudian, menatap serdadu yang membawa sahabatnya kembali.

“Saya sudah bilang, ini sia-sia. Sahabatmu sudah meninggal dan kamu hampir saja menuju kematian,” katanya.
“Ini tidak sia-sia, Pak,” sahutnya.
“Apa yang kamu maksudkan tidak sia-sia? Sahabatmu sudah meninggal,” kata sang komandan.
“Ya, Pak,” ujar serdadu itu lesu.
“Tapi ini tidak sia-sia karena waktu saya sampai kesana, dia masih hidup dan saya senang dia berkata, “Jim, saya tahu, kamu akan datang.”


Dalam hidup ini, sesuatu itu sia-sia atau tidak, benar-benar tergantung pada cara kita memandangnya. Karena yang perlu kita lakukan adalah kumpulkan seluruh keberanian dan lakukan sesuatu berdasarkan suara hati agar kita tidak menyesal tidak melakukannya di suatu hari nanti.

Ingatlah bahwa.....Teman sejati datang ketika semua pergi.

Thursday, May 20, 2010

TERSENYUMLAH !


Senyum tak perlu keluar biaya, tapi memberi banyak. Dan senyum tak bisa dibeli, diminta, dipinjam, atau dicuri karena senyum tak ada nilainya untuk siapapun, sampai senyum diberikan.

Senyum memperkaya yang menerima tanpa membuat miskin si pemberi. Senyum hanya berlangsung sesaat tapi kenangannya kadang berlangsung sampai selamanya.

Tak ada orang yang begitu kaya atau begitu kuat, sampai bisa bergaul dengan orang lain tanpa senyum, dan tak ada yang begitu papah sampai tak bisa menjadi kaya karena senyum.

Sebagian orang terlalu lelah untuk memberi kita senyuman. Berilah mereka senyuman, karena tak ada orang yang lebih membutuhkan senyuman selain orang yang tak bisa tersenyum.

Jadi, tersenyumlah, karena senyum menenangkan keresahan, membangkitkan semangat bagi yang berkecil hati, cahaya mentari bagi yang sedih, dan penangkal alamiah terbaik untuk masalah.

Thursday, May 13, 2010

KEBAHAGIAAN TERAKHIR

Perbuatan-perbuatan kecil yang kita lakukan, kadang tanpa kita sadari, punya makna besar dan berarti bagi seseorang. Orang-orang seringkali tak ingat apa persisnya yang kita lakukan, tapi akan selalu ingat perasaan yang kita bangkitkan dalam hati mereka.

Di masa muda, Budi yang tak ingin punya bos, bekerja sebagai supir taksi dan memilih shift malam. Tanpa disadarinya, ia juga menjadi tempat keluh kesah para penumpang yang dibawanya. Seringkali, begitu naik ke taksi, duduk di belakang, tanpa dikenali identitasnya, para penumpang bercerita tentang kehidupan mereka. Banyak kisah yang menyenangkan, yang membuatnya tertawa. Tapi banyak juga kisah sedih, yang membuatnya meneteskan airmata.

Suatu malam, Budi menerima panggilan untuk menjemput penumpang di sebuah rumah di kota yang tenang. Ia menduga akan menjemput undangan pesta yang akan pulang, atau seseorang yang bertengkar dengan pasangannya. Atau seorang pekerja shift dini hari di pabrik.

Budi tiba di sebuah rumah kecil di alamat yang disebutkan pada pukul 02.30 dini hari. Rumah dua tingkat tersebut gelap. Tampak hanya satu lampu yang menyala di lantai bawah. Dengan situasi seperti itu, kebanyakan supir taksi akan menekan klakson satu atau dua kali. Tunggu beberapa saat, lalu pergi. Tapi Budi lain. Sudah teramat sering ia melihat orang-orang mampu di negeri ini yang tergantung pada taksi sebagai sarana transportasi.

Seperti biasa, Budi mempelajari situasi di sekelilingnya. Jika terasa aman, ia selalu datang ke pintu rumah. Penumpang ini mungkin seseorang yang perlu bantuannya, begitu pikirnya. Budi lalu berjalan ke pintu dan mengetuknya.
“Tunggu sebentar,” terdengar jawaban seorang nenek dengan suara lemah.

Budi mendengar sesuatu diseret. Sesudah agak lama, pintu dibuka. Seorang perempuan kecil berusia 80-an berdiri di depan Budi. Ia mengenakan rok kembang-kembang kecil, mengenakan topi dengan penutup di depannya, seperti perempuan tua dalam film 40-an. Disampingnya terletak sebuah koper kecil. Rumah kecil itu tampak seakan lama tidak berpenghuni. Semua perabot ditutupi kain. Tak ada jam di dinding, tak ada peralatan di lemari dan di rak. Di sudut ruang terdapat sebuah lemari kayu dengan pintu kaca berisi foto dan piring gelas.

“Bisa tolong bawa koper saya ke taksi?” katanya.

Budi membawa koper ke taksi dan kembali untuk membantu nenek tersebut. Ia menggandena lengan Budi dan berjalan perlahan di sampingnya menuju taksi sambil terus berterima kasih kepada Budi.

“Terima kasih kembali,” kata Budi.
“Saya cuma mencoba membantu penumpang saya seperti saya memperlakukan ibu saya,” tambahnya.
“Oh, Anda anak baik,” katanya.

Sesudah duduk di dalam taksi, perempuan tua itu memberikan secarik kertas bertuliskan alamat, lalu bertanya,

“Apakah kita bisa lewat kota?”
“Itu buka jalan terpendek,” sahut Budi cepat.
“Tak apa. Saya tidak peduli. Saya tidak buru-buru. Saya sedang menuju panti jompo, “ katanya.

Budi memandangnya dari kaca spion. Mata nenek itu tampak bersinar.

“Saya tak punya keluarga, tak punya siapapun lagi. Kata dokter waktu saya tak lama lagi.”
Mendengar itu, perlahan Budi mematikan meteran argo.
“Ibu ingin melewati jalan apa?” tanyanya.


Dalam 2 jam berikutnya, taksi meluncur keliling kota. Nenek itu menunjukkan bangunan tempat dia bekerja sebagai operator lift. Lalu meluncur ke wilayah tempat dia dan suaminya tinggal ketika baru menikah. Ia lalu menyuruh Budi meluncurkan taksinya ke depan sebuah gudang perabot. Di zaman dulu, tempat itu adalah ballroom tempatnya belajar dansa ketika remaja. Kadang, nenek itu menyuruh Budi memperlambat laju kendaraan di depan bangunan tertentu atau di sudut jalan tertentu, sambil dia memandang ke dalam kegelapan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Saat cahaya sang surya mulai tampak di ufuk langit, nenek itu tiba-tiba berkata,

“Saya lelah. Mari kita pergi sekarang.”

Budi meluncurkan taksi ke tempat alamat yang diberikan dalam keheningan dan lalu tiba di sebuah rumah petirahan. Taksi lalu meluncur ke pekarangan. Dua perawat segera keluar dan mendekati taksi. Keduanya tampak khawatir dan tegang, dan memperhatikan setiap gerak-gerinya. Budi menduga kedua perawat tersebut pasti sudah menunggunya.

Budi membuka bagasi dan membawa koper kecil itu ke depan pintu bangunan. Nenek itu sudah duduk di kursi roda.

“Saya harus bayar berapa?” tanyanya sambil mengambil dompetnya.
“Tak usah bayar,” kata Budi.
“Ini mata pencaharian anda,” katanya
“Saya bisa dapat dari penumpang lain,” sahut Budi.


Budi lalu membungkuk dan memeluknya. Nenek itu memeluknya kuat.

“Anda sudah memberi seorang nenek tua kebahagiaan singkat yang terakhir,” katanya. Terima kasih.”

Budi menekan tangannya, lalu berjalan dalam cahaya pagi yang suram. Ia mendengar bunyi pintu ditutup. Bagi Budi, itu adalah bunyi penutupan hidup.

Sesudah itu Budi tidak menerima penumpang lainnya. Ia meluncurkan taksi tanpa tujuan, sambil terus membayangkan nenek tersebut. Sepanjang hari itu, Budi tidak banyak bicara. Bagaimana jika nenek itu dapat supir taksi yang pemarah? Atau supir yang ingin cepat-cepat pulang karena shift-nya berakhir? Atau supir taksi yang hanya klakson sekali, lalu pergi? Hari itu, dalam renungan singkatnya, Budi merasa belum pernah melakukan apapun yang sepenting itu selama hidupnya.

Seringkali kita merasa, hidup kita harus berputar di sekitar hal-hal hebat. Padahal seringkali kita tidak menyadari hal-hal hebat, yang terbungkus secara indah dalam kemasan yang dianggap remeh oleh orang-orang lain.

“Mulai hari ini, perlakukan semua orang yang kita temui seakan mereka akan meninggal pada tengah malam. Berikan mereka semua perhatian, kebaikan, dan pengertian yang bisa kita kerahkan, dan lakukan tanpa memikirkan imbalan. Hidup kita tak pernah akan sama lagi.” (OG Madino)

Sunday, May 9, 2010

ARTI HIDUP

Buat aku, HIDUP adalah masalah. Masalah yang harus diselesaikan dan dicari solusinya. Kita tidak bisa menghindar atau lari dari masalah. Kalau tidak diselesaikan atau menghindarinya, satu saat pasti akan terakumulasi. Satu saat akan meledak dan menghancurkan diri kita sendiri. Jadi sebelum masalah itu membesar dan meledak, harus diselesaikan secepatnya. Kita tak bisa menghindar atau lari dari masalah, selesaikan secepatnya jangan ditunda.

HIDUP adalah ujian dan cobaan. Hidup harus dijalani dengan hati yang ikhlas dan lapang dada. Nah, sekarang bagaimana kita melewati berbagai ujian itu tanpa rasa emosi, tanpa harus terbakar amarah dan dendam pada orang lain.

Dan HIDUP juga sebagai pilihan. Kemanapun kita berjalan dan pergi selalu dihadapkan dengan pilihan. Pilihan antara yang baik dan buruk. Pilihan yang terkadang tidak mudah diputuskan. Setiap pilihan pasti punya konsekwensi sendiri. Setiap pilihan harus diperjuangkan, harus pintar-pintar dan hati-hati memilihnya. Jangan sampai salah dan keliru menentukan pilihan. Dan yang paling penting harus bisa mengelola pilihan dengan baik. Intinya, ambil hal-hal positif atau baik dari pilihan yang buruk, yang jelek atau jahat kita buang.

Friday, May 7, 2010

MITOS ; BELIEVE IT OR NOT?

Sering kan, mendengar mitos yang tampaknya nggak masuk akal, tapi orang tetap percaya. Mitos seakan jadi keyakinan plus tantangan yang tidak boleh dilanggar. Katanya, menentang mitos bisa kualat, loh! Nah, kita harus mematuhi mitos itu nggak sih? Hmm.....meski sulit dipercaya, sebagian mitos itu tujuannya baik, kok! Let’ see....

Nyapu di malam hari = Buang rejeki

Dianggap sama aja membuang rejeki, dan rejeki akan sulit datang lagi.

Logikanya = Rejeki datang tergantung usaha dan doa kita. Tapi.....nggak ada salahnya kita turuti. Karena, nggak asyik banget dong, ya....masih sibuk nyapu di malam hari saat orang-orang di sekitar udah mulai istirahat. Debu yang berterbangan mengganggu pernafasan. Lagipula, nyapu malam hari kan jadi nggak keliatan jelas bersih atau nggak.

Buka payung di dalam rumah = Meninggal

Mitosnya, ada orang terdekat atau saudara yang akan meninggal atau terkena musibah kalu kita membuka payung di dalam rumah.

Logikanya = Tentunya hidup atau mati seseorang ditentukan Tuhan, bukan payung. Tapi, sebaiknya memang nggak buka payung di dalam rumah, karena ngapain juga kita iseng nggak jelas gitu, khan? Kecuali kalau genteng rumah bocor..... :D

Duduk atau makan di pintu = Jauh jodoh

Biasanya orang tua atau kakek nenek yang sering mengingatkan. Katanya pamali, dan jadi lama ketemu jodoh.

Logikanya = Tentunya jodoh juga lebih tergantung dari usaha dan doa. Tapi…pintu tuh tempat orang berlalu lalang, jadi ya mengganggu banget kalau kita duduk di situ. Makan juga jadi nggak higienis kalau di pintu.

Kejatuhan cicak = Musibah

Akan ada kesedihan menimpa keluarga kita. Kalau jatuhnya tepat di kepala, kita akan mengalami kesedihan yang sangat.

Logikanya = Musibah itu ditentukan Tuhan, jadi nggak ada kaitannya dengan cicak yang kehilangan keseimbangan. Yah…lagi sial aja. Mendingan sering-sering liat ke atas kalau lagi di ruangan yang banyak cicak. Khan nggak asyik aja kalau kejatuhan, berasa geli dan jijik kali ya?

Nyapu nggak tuntas = Rejeki susah

Kalau menyapu ruangan trus sampahnya cuma dikumpulin di pojok, rejeki buat kita akan nggak lancar.

Logikanya = Rejeki memang nggak ditentukan dari menyapu, tapi kalau menyapu dan cuma ditaruh di pojok, berarti kita pemalas. Orang malas ya bakal jauh dari rejeki.

Sunday, May 2, 2010

MAMAKU ADALAH MATAHARIKU

“Surga dibawah telapak kaki ibu! Benarlah jika pepatah ini dimaksudkan secara tidak langsung untuk mengingatkan kita semua bahwa, jika kita ingin mencari surga, hormatilah ibu kita.”

Orang bisa mengukur kesuksesan dari banyak segi. Bagiku kesuksesan dari segi materi adalah ketika aku menginginkan sesuatu, aku tidak perlu bertanya berapa harganya. Mungkin orang menganggap standarku terlalu tinggi, tapi bukan itu maksudnya. Aku juga memiliki standar hidup dimana aku bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhanku tanpa bergantung pada orang lain. Bahkan dengan pencapaianku itu aku bisa membahagiakan keluargaku juga orang lain untuk berbagi.

Namun, arti kesuksesan secara umum bagiku adalah ketika aku sudah bisa membuat orang tuaku, terutama mamaku bahagia, tenang dan selalu tersenyum. Mama adalah matahari bagiku. Setelah Allah, dialah yang terpenting bagiku.

Roda kehidupan memang berputar. Kadang berada di atas, suatu saat, roda itu akan berhenti di bawah. Begitu juga manusia, setelah tersentil baru terasa. Banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari sebuah pengalaman. Aku masih ingat sebuah pengalaman bersama mama yang mengajarkanku arti ketabahan dan kesabaran yang sesungguhnya. Masa itu merupakan titik balik kehidupanku. Aku belum bekerja, mama sedang mengalami kesulitan keuangan dan papa sedang berada di luar kota. Jadi di rumah hanya ada aku dan mama. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya sudah berkeluarga dan tinggal di lain kota.

Hari itu tanggal tua, kata orang tanggal yang sangat rawan bagi pegawai negeri apalagi pensiunan PNS seperti orang tuaku. Rekening saldo tabungan tinggal Rp 20.000,-, hanya cukup untuk mempertahankan rekening bank agar tidak ditutup, kala itu. Kalaupun diambil melalui ATM juga tidak bisa. Di dompetku cuma ada uang Rp 5.000,- dan di dompet mama hanya Rp 10.000,-. Hari sudah siang, hari itu aku dan mama bingung mau makan apa siang ini karena uang yang kami miliki tidak cukup untuk makan sedangkan persiapan bahan-bahan makanan di kulkas dan di lemari sudah habis. Untungnya masih ada beras, telur, beberapa bumbu dapur dan mentega. Parahnya lagi, gas untuk memasak juga habis, apalagi minyak tanah tinggal sedikit. “Bagaimana ini?”, pikirku saat itu.

Saat bersamaan, datang ke rumah anak dari Yayasan Panti Asuhan untuk meminta sumbangan. Aku putuskan untuk menyerahkan uang Rp 5.000,- . Aku pasrah saja walaupun cuma itu yang aku miliki, sedangkan hari sudah siang dan kami sudah lapar. Mama hanya bisa memandangi aku dan belum tahu harus berbuat apa. Tetapi, kemudian aku mendapatkan ide,

“Kita masak bikin tungku aja ya, ma, kan masih ada sedikit minyak tanah untuk memancing kayu bisa menjadi api. Sayurnya kita petik dari kebun belakang rumah. Lumayan buat mengganjal perut, jadi uang yang ada bisa buat besok menjelang gaji mama masuk ke ATM.”

Aku mengambil beberapa kayu sisa-sisa renovasi bangunan rumahku. Aku segera membuat tungku api untuk pembakarannya, lalu berpanas-panasan bahkan sesekali mataku perih karena tertimpa asap dari kayu bakar. Dalam keadaan seperti itu, sambil mengipasi bara api, batinku menjerit, sedih dan ingin menangis rasanya, tapi aku tahan agar mama tidak ikut sedih. Aku melirik mama, kuteliti wajahnya. Tidak ada tanda-tanda tertekan ataupun susah. Tapi aku juga tidak yakin, apakah mama juga menutupi perasaanya saat itu. Padahal sebelumnya mama adalah orang yang tidak bisa menerima keadaan. Latar belakang hidup mama dimasa mudanya yang tidak pernah susah dan terpenuhi segala kebutuhannya. Namun setelah pensiun, setiap kali ada masalah, mama selalu marah-marah. Kalau sudah begitu, akulah yang selalu menjadi tempat pelampiasan mama disaat hati mama sedang tidak enak. Tapi hari itu tidak. Sepertinya semua masalah yang ada sudah diterima dengan lapang, tabah dan tegar.

“Yang belum pernah kita alami, sekarang kita jalani, yang terpenting tidak ada yang tahu kita begini. Jangan beritahu saudara-saudara, mama tidak pernah mau meminta ke anak, dan mama juga tahu, mereka semua punya kebutuhan masing-masing. Kalau dipikir lucu juga, tinggal di rumah yang bagus, punya mobil dan kelihatan sama orang kita bukan orang susah tapi tidak punya uang. Sekarang kita nikmati saja, masih bisa bersyukur punya rumah sendiri, Alhamdulillah mama tidak merasa susah.” Begitu kata mama optimis.

Sikap mama yang tegar saat itu semakin mengajarkanku bagaimana menghadapi hidup. Aku yang terbiasa dengan kehidupan yang stabil harus mulai membiasakan diri hidup dalam menghadapi kondisi apapun. Itulah sebabnya, terkadang aku “sebal” melihat orang yang “rapuh” karena masalah uang/ekonomi. Ketika terkena masalah sedikit, rasanya “down” setengah mati. Padahal banyak orang di sekeliling kita yang lebih sengsara. Bagiku, intinya aku harus selalu bersyukur masih diberi pikiran yang sehat, hati yang baik, dan yang terpenting, aku masih memiliki semangat dan memiliki mama. Hikmah yang aku dapat adalah bahwa suatu saat kita hidup sendiri, karena itu harus mandiri dan kuat bertahan sebagai individu yang penuh tanggung jawab.

Mama adalah segalanya bagiku, lengkap dengan segala kelebihan juga kekurangannya. Mama juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Walau sesekali kami masih terlibat pertengkaran-pertengkaran kecil karena salah paham tapi aku sangat mencintai mama dan tidak ingin melihat mama terluka. Aku sempat berpikir, biarlah aku saja yang “menyakiti” mama dengan caraku, jangan orang lain. Maksudnya, selama ini jika ada kata-kata mama yang tidak berkenan di hati orang lain, sehingga orang lain salah pengertian atau tersinggung, lalu mereka “memojokkan” mama atau bahkan jika ada orang lain “menyakiti” mama, aku tidak pernah bisa terima. Aku menjadi benteng dan penasehat mama yang selalu mengingatkan mama dengan cara dan gayaku.

Berbahagialah kita yang masih mempunyai ibu, berarti kita masih diberi kesempatan untuk membahagiakannya. Dan betapa tidak beruntungnya kita, jika kita menyia-nyiakan mereka terutama di masa tuanya. Suatu saat kita akan menjadi orang tua, punya anak dan menjalani masa tua seperti ibu kita. Kita akan menjadi orang tua dari anak-anak kita. Begitu pula harapan kita terhadap anak-anak kita kelak. Harapan setiap orang tua adalah anak-anak mereka akan menjadi anak-anak yang sholeh dan sholeha, anak-anak yang berbakti terhadap orang tuanya, dan anak-anak yang dapat membahagiakan dan selalu mendoakan orang tuanya, terutama ibu kita.

Jangan menunggu sesuatu yang buruk menimpa sebelum kita sempat membahagiakan ibu kita. Karena sebuah kata menyesal takkan merubah apapun dan tidak akan berarti apa-apa. Bukan pula sekedar niat di hati dan kata-kata di mulut bahwa “Aku sangat sayang dan cinta sama Ibu” tapi perbuatan dan tingkah laku, masih sering membuat Ibu kita menangis. Berbuatlah sesuatu dari sekarang. Jika kita tidak bisa membahagiakannya dengan materi, bahagiakanlah selalu perasaannya dan doakanlah. Jika Ibu sudah tiada namun teruslah berdoa untuknya agar dia tenang, bahagia dan selalu tersenyum berada di surga.

Mama.......
Ini bukan sekedar kata-kata namun kata-kata ini lahir dari batinku yang terdalam yang mengatakan bahwa kebahagiaan mama adalah kebahagiaanku dan kesedihan mama adalah kesedihanku juga.
Ijinkan anakmu ini membahagiakanmu….teruslah berbahagia….
Semua sudah kita dapatkan …. Semua juga sudah kita serahkan kepada Allah saja.
Aku hanya ingin selalu bersyukur dan aku sudah melakukan apa yang bisa aku lakukan.

Mama.......
Walau tidak pernah tersurat, tapi tersirat kalau mama juga ingin aku bahagia……
Suatu saat jika “anugerah” itu datang padaku, aku ingin mama bahagia dengan pilihanku. Seperti mama juga mengamininya.....

“Nak, tidak perlu ganteng dan kaya, karena semua itu semu, tapi yang terpenting kaya hatinya, tulus berkomitmen, yang bisa membimbingmu ke jalan Agama, sayang kepadamu dan keluarga karena Allah SWT.”

Dan suatu masa, jika aku kelak menjadi ibu bagi anak-anakku.....aku akan mendidiknya seperti harapanmu seiring dengan doa-doamu yang tak pernah putus untukku.
Terima kasih mamaku, engkau adalah matahariku....
Engkaulah yang sebenar-benarnya belahan jiwaku.

Kasih ibu tanpa pamrih..... Seandainya kasih ibu bisa dibalas, sampai matipun jutaan anak di dunia ini tidak akan pernah selesai membalasnya.

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...