Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Tuesday, April 27, 2010

MENILAI DIRI SENDIRI

Seorang anak laki-laki kecil masuk ke sebuah toko kelontong dan mencoba menggunakan telepon umum yang terpasang di depan toko. Karena tinggi, ia lalu menarik sebuah peti kayu kosong agar bila memencet nomor telepon. Pemilik toko mengawasinya secara diam-dian.

“Ibu, apakah saya bisa bekerja sebagai pemotong rumput di halaman rumah ibu?” Tanya anak itu.
Ibu di seberang sana rupanya menolak.
“Oh, Ibu sudah punya pemotong rumput? Bagaimana kalau Ibu membayar separuh dari upah yang dibayarkan kepada pemotong rumput?” tanyanya lagi.

Sesaat kemudian, anak kecil itu berkata lagi,
“Kalau Ibu sangat puas dengan pekerjaan orang itu, saya juga bisa bekerja dengan cara yang sangat memuaskan. Saya juga bersedia menyapu seluruh pekarangan Ibu sehingga pekarangan itu jadi yang terindah di kota ini, “ bujuk si anak lagi.
Ibu di seberang sana ternyata menolak dan si anak menghentikan pembicaraan dengan ucapan terima kasih. Dengan senyum di wajah, ia meletakkan gagang teleponnya.

Pemilik toko yang mendengar pembicaraan itu lalu mendekati si anak kecil.
“Nak, saya suka sikapmu. Saya suka dengan semangat positif seperti itu dan ingin menawarkan pekerjaan kepadamu,” katanya.
“Tidak, terima kasih,” kata si anak.
“Bukankah kamu perlu pekerjaan? Tadi saya dengar kamu seperti memohon-mohon untuk mendapatkan pekerjaan itu.”
Bukan begitu, Pak. Saya hanya ingin tahu bagaimana penilaian atas pekerjaan saya. Saya sudah bekerja dengan ibu itu sebagai pemotong rumput.”

“Inilah yang dimaksud dengan menilai diri sendiri. Sering terjadi, yang berani menilai dirinya sendiri adalah orang-orang yang bersikap baik dan bekerja baik.”

Thursday, April 22, 2010

KECANTIKAN DARI HATI

Setiap wanita mungkin pernah berkecil hati karena merasa kurang cantik. Apalagi bila menyaksikan artis-artis perempuan di televisi yang kebanyakan bertubuh langsing dan seksi, rambut yang terawat, pipi yang mulus, dan penampilan serba wah dan masa kini.


Jangan heran bila kebanyakan mereka berusaha untuk memperbaiki penampilan diri. Mungkin bisa dengan sedot lemak, minum ramuan pelangsing super, operasi wajah, dan memakai produk kecantikan yang serba mahal. Meskipun sudah berolahraga setiap hari dan mengurangi makan, tetapi semua sia-sia. Jika dengan jalan itu bisa terbukti dan membuat seseorang merasa cantik, kenapa tidak.


Bagi yang bertubuh gemuk, rasanya begitu nelangsa melihat mereka yang bertubuh langsing itu. Bisa jadi sebagian besar perempuan yang bertubuh besar pernah merasakan hal yang sama. Bagaimana tidak? Mereka tidak pernah merasakan betapa susahnya menyembunyikan tonjolan lemak di sekitar perut dan sedihnya tidak mudah mendapatkan ukuran baju yang sesuai di bak-bak bertuliskan SALE.


Meski kepalaku mengangguk saat orang-orang di sekitarku bilang bahwa, yang penting kan inner beauty seorang wanita., bukan sekedar cantik lahiriah saja,” ucap mereka menghibur. Namun hatiku tak sepenuhnya setuju kala itu, mana ada pria tertarik pertama kali pada inner beauty seorang wanita? Kebanyakan pasti tertarik pada kecantikan wajah atau tubuhnya yang langsing aduhai.

Pandanganku terhadap konsep cantik berubah saat aku membandingkan dua orang wanita, tepatnya ibu muda yang mempunyai kepribadian yang sangat jauh berbeda alias sangat bertolak belakang. Mereka adalah tetangga dekat rumahku.

Ibu Rina, orangnya sangat cantik, walau sudah dikaruniai dua orang anak, tetapi tubuhnya masih terawat dengan baik dan bertubuh langsing, Bisa dimaklumi karena Ibu Rina cukup bermodal untuk merawat dirinya dan dianggap orang dari kalangan menengah ke atas, namun suka berkata sinis dan seenaknya terhadap orang lain. Jangan tanya bagaimana sikap Ibu Rina terhadap anaknya, wuihh galak! Bahkan anak tetangga, tidak ada yang berani mendekati Ibu Rina.

Sangat berbeda dengan Ibu Eni, tetangga depan rumahku. Walaupun sudah lima tahun berumah tangga dan belum dikaruniai anak, ia justru terlihat sangat keibuan. Ibu Eni memang tidak secantik Ibu Rina, tapi dalam bertutur kata selalu mengucapkan kata-kata yang menyejukkan hati teman bicaranya, sabar dalam bersikap dan tidak pelit dengan sesama.

Lama-lama aku bisa menilai mereka. Meski Ibu Eni lebih tua 12 tahun dari Ibu Rina yang baru 27 tahun, tapi dia justru terlihat lebih muda. Kebaikan hatinya terpancar dari aura wajanya. Tak heran bila suami Ibu Eni tidak berniat mencari istri lagi meski mereka belum dikaruniai anak.

“Barang antik susah carinya,” begitu seloroh sang suami ketika ditanya mengapa dulu jatuh hati pada sang istri.

Sangat berbeda dengan kehidupan rumah tangga Ibu Rina. Dengar-dengar dari pembantunya, mereka sering bertengkar hebat. Bisa berhari-hari baru baikan lagi. Padahal tadinya kupikir, suaminya pasti betah di rumah karena memiliki istri yang cantik dan langsing, masih muda pula.


Inner beauty bisa terlihat dari pancaran mata seseorang, yang terasa damai dan nyaman saat ditatap. Pancaran mata itu terlihat indah meski tidak dibingkai eye-liner dan sapuan eye-shadow merek terkenal. Wajah yang selalu dipenuhi senyum akan terlihat cantik meski tanpa make-up. Orang yang memiliki inner beauty adalah orang yang penuh cinta kasih terhadap sesama dan berhati tulus. Meski secara fisik dia biasa saja, namun aura yang dipancarkannya terasa luar biasa.

Aku tidak mengatakan bahwa cantik fisik itu tidak penting, tapi kecantikan hati jauh lebih bernilai. Paling tidak keduanya harus seimbang. Kita harus ingat bahwa kecantikan fisik lama-kelamaan akan memudar seiring pertambahan usia. Berbeda dengan inner beauty yang abadi meski kita sudah tua. Bahkan saat kita sudah tidak ada di dunia ini, akan tetap menjadi kenangan manis oleh orang yang merasakannya.

Bukankah benar pepatah ini yang mengatakan bahwa ”Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, dan manusia mati meninggalkan budi?” Dan kecantikan yang berasal dari hati jauh lebih bermakna.

Sunday, April 18, 2010

KAMU YANG AKU CARI.....

Diaryku.....

Masalah tak pernah habis, tak akan usai dan tak bisa dihindari. Masalah datang dan pergi silih berganti tanpa permisi. Oleh sebab itu, apapun upaya menolak atau lari dari kenyataan adalah sesuatu yang sia-sia belaka.


Masalah menjadi mudah bila tidak dijadikan beban. Sebab kegelisahan, ketakutan, kemarahan dan sebagainya tidak akan merubah kenyataan. Tidak ada timbangan yang bisa menakar berat ringannya bobot masalah, sebab yang diperlukan hanyalah kemudahan melaluinya. Kekuatan batinlah yang akhirnya berperan besar menjadikan masalah terasa ringan.

Dan kekuatan dari dalam itu kita mohonkan pada Allah agar terus diberi energi yang prima. Dan pada akhirnya kita menyadari bahwa sesungguhnya masalah hadir di setiap sendi kehidupan kita adalah sebagai sarana menempa diri supaya lebih peka menghadapi berbagai liku-liku hidup.

Diaryku....

Engkau tempat aku mencurahkan segala isi hatiku, baik itu perasaan kala aku senang, bahagia, susah, sedih, gelisah, takut, gundah, dan sebagainya..... tapi aku tidak susah jika aku sudah bisa jujur pada hatiku sendiri, bahwa inilah aku.

Diaryku....

Engkau tau hatiku...jujur apa adanya....aku takkan membiarkan orang lain memanfaatkan kebaikanku itu. Dan aku bangga jadi diriku.....

Engkau juga tau.... aku punya Tuhanku, aku hanya percaya kepada-Nya, karena aku hanya mengadu kepada-Nya.
Lalu, jika kalian tanya apa mauku? Inilah yang aku mau dan aku butuhkan.......
seperti yang aku tulis di status FB ku hari ini........

“......Jemput aku jika kamu.....seorang laki-laki yang tiada henti-hentinya menganggapku selalu cantik. Yang memberi tanpa pamrih. Yang takkan membiarkan air mataku jatuh krn keklhilafanmu. Yang mengusap airmataku dan mencium keningku kala aku lara. Yang tidak membuat aku cemburu saat kamu melangkahkan kaki keluar dari rumah. Yang selalu menggenggam hatiku dan membawa kemanapun kamu pergi.....memamerkan kepada dunia bahwa akulah satu-satunya milikmu.....bahwa kamu bangga dan beruntungnya kamu memiliki aku.
Kamu takut hanya kepada Tuhan mu.

Kamulah yang aku tunggu!!!!! Aku akan membalasnya lebih dari yang kamu beri, dengan ketulusan dan keikhlasanku serta doa-doaku........”

LELAH BERJALAN SENDIRI

Suatu hari, seorang sahabat curhat kepadaku. Dia percaya kepadaku dan tidak bisa curhat kepada teman yang lain bahkan keluarganya. Tampak dari luar kelihatan dia baik-baik saja, tidak ada masalah apapun. Apalagi dia adalah seorang wanita karir yang sukses. Walau usia perkawinan mereka baru berjalan satu tahun, namun dia merasa hambar dengan kehidupan perkawinannya. Dia merasa kurang dekat dengan suaminya. Pertemuan mereka lantaran diperkenalkan, tapi dia sangat mencintai suaminya.

Menurut pengakuan temanku itu, suaminya memang pendiam, tidak terbuka, cuek, tapi kadang agak temperamen dan sewot kalau berbicara dengan dia. Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun atau membantah omongan suaminya. Kadang dia berpikir, apa suaminya tidak terlalu mencintainya? Bahkan suaminya malah bisa lebih ramah dan hangat dengan orang lain. Dia selalu sabar dan lemah lembut menghadapi sikap suaminya. Bahkan suaminya sering memuji wanita cantik, sehingga dia merasa tidak dihargai. Dia sudah berusaha bicara dari hati ke hati dan dengan cara baik-baik, tapi suaminya tidak mau menjawab dan berlalu begitu saja. Terkadang jawabannya menyinggung perasaan, “Saya sudah pusing di kantor, gak usah nambah-nambah masalah deh!”. Akhirnya setiap masalah tidak pernah ada penyelesaian.

Sebagai seorang sahabat yang baik apa yang harus aku lakukan? Memberikannya masukan, nasehat, pandangan, pendapat atau apa yang harus aku katakan? Hatiku benar-benar berkecamuk. Sahabatku seharusnya konsultasi ke Psikolog atau Lembaga yang berwenang mengurusi masalah dalam rumah tangga, bukan kepadaku! Aku tidak tahu bagaimana perilaku suaminya yang sebenarnya, tidak pula mengenal suaminya dan tentu saja karena aku belum menikah, jadi sebenarnya aku sendiri yang harus banyak belajar dari kehidupan orang yang sudah berkeluarga.

Akhirnya, aku memberanikan diri untuk mengemukakan pendapatku dan memposisikan diri tidak memihak kepada siapapun. Walau aku belum punya pengalaman dalam berumah tangga, namun aku berprinsip seperti ini, bahwa manusia bisa belajar darimana pun dan dari siapapun. Kita juga tidak perlu mengalami suatu masalah terlebih dahulu baru bisa memahami orang lain dan jangan takut untuk mengeluarkan pendapat, selagi pendapat kita itu tidak menggurui bahkan berlebihan. Kita bisa mengetahui banyak hal dengan mengamati, membaca, mendengar atau merasakan apa yang terjadi di sekitar kita atau belajar dari pengalaman orang lain.

Sejujurnya, aku cuma bisa berteori saat ini. Aku tahu dan sadar sepenuhnya bahwa, kehidupan berumah tangga tidak segampang seperti membalikan telapak tangan. Perkawinan tak akan bertahan lama kalau hanya istri yang mencintai suami, atau suami saja yang melihat bahwa perkawinan itu patut dipertahankan. Apalagi jika tercetus kata-kata seperti ini, “Mau sama saya ya syukur, tak maupun tak apa-apa. ”Apapun kondisi istri ataupun suami saat ini dan kondisi mereka sebelumnya karena pengalaman hidup dan latar belakang kehidupan mereka sebelum menikah, sebelum memutuskan untuk menikah, mereka seharusnya bisa saling memahami bahwa “Pernikahan bukanlah berusaha mencari pasangan yang cocok bagi kita, melainkan kita berusaha menjadi pasangan yang cocok bagi sesiapa pun dia.” Ini jelas bahwa kenyataannya sebenarnya suami istri memang dua makhluk yang berbeda.

Setiap orang sebelum memutuskan untuk menikah, tentu mempunyai alasannya. Langgeng atau tidaknya suatu perkawinan tidak terlepas dari niat masing-masing. Untuk kondisi jaman sekarang, bermodalkan cinta saja tidak cukup, tapi cinta perlu dan harus selalu dipupuk. Karena didalam cinta ada rasa sayang, pengertian dan komunikasi.

Akan tetapi, dengan sedih aku katakan bahwa, ada pula suami yang memang sengaja tidak mengagendakan kenyamanan istrinya sebagai prioritas hidupnya, sehingga ia lalu malah menganggap bahwa istri adalah sumber ketidaknyamanan. Suami tidak terbuka, tidak bicara dari hati ke hati, dan minim perhatian. Laki-laki seperti ini biasanya tidak membawa istrinya ke lingkungan sosialnya, mengenalkan pada sahabat-sahabatnya di masa bujang dan menolak melakukan aktifitas bersama-sama. Parahnya lagi, seorang lelaki menikah istrinya, utamanya karena desakan keluarga, sudah terlalu lama sendiri, hanya untuk memehuhi harapan ibunya padahal dia sendiri belum siap untuk menikah (lagi), atau bahkan karena ia melihat bahwa istri adalah sumber kemapanan bagi dirinya secara financial. Menyedihkan sekali.

Setiap wanita butuh perhatian dan kasih sayang karena secara kodrati, sekuat-kuatnya dan setegar-tegarnya wanita, membutuhkan sosok pria disampingnya untuk memberikannya rasa aman dan nyaman dalam mengarungi bahtera perkawinan yang harmonis secara bersama-sama. Oke lah setiap orang berbeda-beda cara mengekspresikan cinta dan rasa sayangnya, paling tidak, ia bisa mengekspresikan respek atau rasa hormat pada pasangan hidupnya, misalnya dengan mendengarkan saat istri berbicara dan memenuhi harapan istri tentang kejelasan sikap suami yang tidak sesuai dengan harapannya, begitu pula istri terhadap suami.

Ach, mungkin terdengar terlalu berteori. Aku cuma bilang kepada sahabatku,

Sahabatku……

Pertahankan rasa percaya diri, walau suami tidak pernah memuji dan suami tidak pernah mengatakan bahwa kamu cantik, kamu pasti punya hal-hal positif dalam diri.

“Bahwa tidak ada orang yang bisa membuat kamu rendah diri kecuali kamu memang mengijinkan orang untuk merendahkanmu.” Lindungi diri dari erosi rasa percaya diri karena perlakuan suami.”

Sahabatku……

Pertahankanlah hal positif yang kamu peroleh dari interaksi dengan rekan kerja atau keluargamu. Bila kita berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, kita akan kembali dalam perasaan nyaman dengan diri sendiri. Pada akhirnya kamu harus memperhatikan diri sendiri, bukan? Karena kalau bukan kita sendiri yang sayang pada diri kita, siapa lagi yang akan melakukannya?

Sahabatku……

Life mus go on. Jangan biarkan ikatan dengan suami malah menenggelamkan kesedihan. Usaha minta petunjuk Tuhan. Jangan takut untuk hidup sendiri, ketimbang kawin tetapi sebenarnya tetap sendirian, karena kamu merasa suami tak kunjung menjadikanmu sebagai bagian terpenting dari hidupnya.

Bersiap-siaplah untuk bisa bicara dengan ketegasan yang lebih mengemuka. Jangan takut padanya karena kamu berhak memperoleh penghargaan darinya sebagai suami. Pikirkan kemungkinan lain, walau aku tidak menyarankan untuk sebuah perpisahan, bahwa dia memang bukan sosok yang pantas kamu pertahankan sebagai seorang suami yang bisa mengayomi istri.

Mengutip pendapat dari seorang teman, aku setuju banget dengan pendapatnya tentang sebuah pernikahan bahwa, "Kekurangan yang ada untuk memakluminya apa adanya.....ini sebagai bahan intropeksi karena selain bersyukur di beri kemudahan untuk mencari pasangan, kita tdk bisa menilai seseorang dari sudut pandang diri sendiri."

"Mata manusia berada di bagian depan, hanya dapat melihat kekurangan orang lain, maka sama sekali tidak bisa melihat kekurangan diri sendiri."

Tuesday, April 6, 2010

DEL AIDELAN

Bu Mina berhasil mencuri hati banyak orang di kompleks kami. Tubuhnya yang tegap memantapkan statusnya sebagai tukang pijat ideal dan dirindukan. Ia tak gentar bersaing dengan para tukang pijat refeksi yang tumbuh menjamur di lingkungan kami. Kemujaraban jemarinya menjadikan wanita asal Madura ini tukang pijat segala usia.

Mungkin karena terkena sugestimya, aku sering memercayai diagnosis primitifnya. Khusus untuk gejala oenyakit yang berhubungan dengan angin, dialah ahlinya. Dengan keping gobang kuno yang selalu terselip di stagennya, ia mampu mentransfer angin jail keluar dari tubuh para kliennya, termasuk aku. Dengan rapi, ia pindahkan garis zebra merah ke seluruh permukaan punggungku. Ia senang mendengarkan suara angin itu keluar dari semua arah.

Saat ritual itu rampung, ia racik health drink untukku, secangkir wedang jahe panas campur kayu manis dengan aroma yang khas. Treatment itu ia akhiri dengan baluran minyak kayu putih ke sekujur tubuhku. Usai jemarinya menjelajahi daerah-daerah kritis, aku selalu merasa reborn.

Dari waktu ke waktu, pergaulan kami makin akrab. Kami mengenal kegemaran masing-masing. Aku selalu menyuguhinya segelas kopi three-in-one dari 2 sachet, plus gula 2 sendok teh. Sepotong kue lapis Surabaya, juga selalu kubelikan untuknya tiap kali jadwal pijatku tiba.
Dia juga paham, aku senang menikmati kisah masa lalunya. Dengan logat Maduranya yang kental, ia meninabobokanku dengan bad time story yang tak pernah habis.

Aku kagum pada ketegarannya. Pada usia sekitar 70 tahun, ia masih menjadi “ATM” bagi sebagian anak-anaknya, plus 18 orang cucunya. Ia sangat concern pada nasib keluarga besarnya. Dari ocehannya, aku tahu ia begitu menyayangi Madro’I, cucu dari anaknya nomor empat.

Untuk meringankan bebannya, sesekali Madri’o ikut bantu-bantu merawat kebun atau taman rumahku. Seringkali kudengar suara merdunya melantunkan tembang-tembang masa kini yang sedang in, seperti lagu-lagu milik Anang, Zigas, Dewa, Pasto, Slank, dan banyak lagi. Apakah ia menyimpan cita-cita jadi penyanyi? Rasa penasaran itu tak terjawab, sampai ia pamit pulang ke Madura.

Sampai beberapa bulan lalu, saat Bu Mina datang. Seraya bersimpuh di kakiku, Bu Mina menyodorkan sebuah kotak beludru warna biru, yang isinya membuatku terkesima. Bintang jasa terbuat dari emas, yang konon dulu diserahkan langsung oleh Presiden Soekarno kepada suaminya semasa hidup, sebagai bagian dari anggota veteran di kawasan Blitar.


Tersedu-sedu ia menyampaikan isi hatinya. Dengan logat Maduranya yang kental, ia bilang bahwa dirinya sedang stres. “Seluruh Madura sekarang sedang kesengsem del aidelan. Jadi Madro’I juga pingin ikut del aidelan. Marpuah, ibunya, bingung tak punya ongkos untuk kirim Madro’I ikut del aidelan. Hasil panen jagungnya juga tak cukup buat ongkos anaknya itu kesini,” katanya, sambil menyusut airmata. “Saya mau pinjam uang sama sampeyan, Rp300.000 saja, buat ongkos Madro’I ikut del aidelan. Jaminannya, bintang emas ini,” sambungnya.

Aku masih belum menangkap, apa maksud istilah del aidelan yang terdengar menggelikan itu. Aku langsung menyodorkan uang yang ia perlukan, dan mengembalikan jaminan hutang itu ke tangannya. “Sudahlah, tak usah pakai jaminan. Pokoknya, Madro’I ikut del aidelan,” ucapku kemudian.

Baru minggu lalu aku tahu maksud dari del aidelan itu. Dengan bangga Bu Mina bercerita bahwa Madro’I tampil audisi dalam acara popular Indonesian Idol. Walaupun ia kecewa, cucu kesayangannya itu gagal masuk final, ia bangga karena Madro’I sudah ditonton semua kerabat di Madura lewat layar televisi.

Sambil menikmati kemujaraban jari jemarinya, kusampaikan simpati kepadanya. “Mudah-mudahan ia berhasil pada kesempatan lain, bukan Cuma del aidelan,” kataku. Tapi, kalimat yang kemudian meluncur dari bibirnya, sungguh mengejutkanku. Ia mengajukan usul yang tak pernah mampu kutolak. “Bu, “katanya, “bagaimana kalau utang saya dituker dengan angsuran pijet sepuluh kali, ta’iyeeeh…!”

Ahhh, mana mungkin aku beroposisi pada ‘sahabatku’ yang satu ini. (YAL)

Thursday, April 1, 2010

CANTIK ITU LEBIH DARI SEBATAS KULIT

Uang dan kekuasaan adalah unsur yang dapat membuat bahagia, begitu kata orang. Tetapi unsur percaya diri juga memegang peranan penting, bahkan merupakan salah satu sumber kebahagiaan yang terus-menerus mengikutinya.

Jangan heran bila kebanyakan orang ingin tampil percaya diri di segala kesempatan, walau kadang terkesan memaksakan diri. Karena itu, kadang kala orang ingin menyulap diri menjadi orang lain. Tak tanggung-tanggung, ingin seperti bintang idola yang sering muncul di televisi atau di majalah. Entah itu artis sinetron, presenter, penyanyi, bintang iklan atau siapa saja yang patut untuk ditiru. Kadang ingin seperti artis A, bulan depan ingin meniru gaya artis B. Jelas terlihat tidak punya pendirian untuk urusan yang satu ini.

Sebagian wanita rela menghamburkan uang demi mengubah penampilan bak bintang idola, mulai cara berdandan, potongan rambut, model busana sampai gaya bicara. Jangankan mentatto alis, mentatto bibirpun pernah dilakukan. Harus dipercaya, bahkan ada yang mengenakan perona mata dan bibir berwarna keputih-putihan, persis mayat hidup. Ketika musim lipstick warna ungu kebiruan, mereka juga tidak ketinggalan mencobanya. Walau dilihat sepintas seperti bibir yang baru ditonjok, mereka enjoy saja.

Semua itu mereka lakukan dengan alasan agar terlihat ngetrend dan tentu saja lebih pede. Kadang bisik-bisik tetangga yang mampir di telingapun tak mereka hiraukan. Walau mereka dicap sebagai wanita yang norak bahkan ada yang menyebutnya overacting dalam bergaya.

Memang tak bisa dipungkiri, wanita ingin terlihat cantik. Kupikir sah-sah aja. Umumnya sebagai seorang wanita normal kadangkala merasa ada yang kurang pada penampilan diri. Ada ganjalan di hati, ingin begini ingin begitu. Tapi buatku, berdasarkan ceritaku tadi, aku masih harus berpikir panjang jika aku harus menjadi “orang lain”. Padahal untuk mewujudkan semua itu diperlukan kocek yang lumayan, sehingga tidak tertutup kemungkinan orang akan sering dibuat pusing bila tidak punya cukup dana. Bukankah segala sesuatu yang berlebihan dan serba instan itu tidak baik akibatnya? Jadi mengapa harus ,mengeluarkan dana yang besar jika untuk perawatan tubuh ada cara yang lebih aman dan lebih murah?

Suatu hari aku membaca artikel di sebuah majalah yang berjudul “Cantik itu Lebih dari Sebatas Kulit”. Aku sangat terkesan pada tulisan itu dan mulai berpikir bahwa apa yang selama ini orang-orang kira tentang definisi cantik dengan cara memaksakan diri sendiri berdandan ala orang lain, adalah keliru. Bukankah yang namanya percaya diri itu berasal dari dalam diri kita sendiri? Orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi sudah tentu memiliki kepribadian yang mantap sehingga tak mudah terpengaruh gaya orang lain, apalagi sampai mengubah dirinya menjadi seperti orang lain. Jadi mengapa aku harus menjadi orang lain? Bukankah akan lebih bahagia bila menjadi diri sendiri?

Kenapa tidak belajar dari pengalaman? Yang harus kita lakukan pertama kali adalah berusaha untuk tidak mengeluhkan kekurangan yang ada pada diri. Misalnya,mencoba lupakan tubuh yang standar, kulit yang sawo matang, wajah yang kurang mulus dan hidung yang tidak mancung. Sedapat mungkin berusahalah nyaman dengan apa yang dmiliki. Mengubah hal-hal yang negatif menjadi positif dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan pada diri sendiri. Perhatikanlah satu persatu bagian diri kita yang menarik. Dari fisik sampai kepribadian dan kemampuan otak. Aku yakin bahwa setiap orang pasti punya kelebihan, hanya saja tak pernah disadari.

Kelebihan pada diriku? Aku mencoba menonjolkan kelebihanku itu tanpa menyombongkan diri. Aku bangga menjadi orang yang biasa-biasa saja namun aku selalu berusaha untuk menjadi manusia yang luar biasa. Aku juga berhenti membandingkan diri dengan orang lain. Memang sulit pada mulanya, karena menurut teori, sejak awal kehidupan manusia sudah diajarkan untuk bersaing dan cenderung mengembangkan sikap persaingan itu.

Manusiawi memang, tapi bila persaingan itu tidak sehat, untuk apa?Apa gunanya membandingkan hal itu? Apa yang kudapat dari itu semua? Mungkin aku akan merasa puas manakala kelebihanku itu mengungguli orang lain, tapi bagaimana bila sebaliknya? Tentu kepercayaan diriku akan turun. Aku pernah sangat cemburu pada wanita yang bertubuh tinggi semampai dan berbadan seksi. Bukankah itu hanya menambah daftar kesengsaraanku saja?

Kini, aku dan juga kalian semua, berusaha menerima diri apa adanya, namun tidak berarti kita tidak boleh memperbaiki atau meningkatkan diri. Sudah saatnya kita tidak meremehkan diri sendiri dan mengakui bahwa kita juga memiliki kemampuan. “Aku adalah diriku, bukan orang lain.” Karena itu kita akan tetap memelihara semua yang dimiliki, baik itu tubuh maupun pikiran kita.

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...