Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Tuesday, March 23, 2010

BERSYUKURLAH !

Ketika masih mengontrak di sebuah kontrakan yang sempit, Arif, sering mengeluh, mengungkapkan betapa tidak nyamannya rumah yang ditempati. Berbagai perabotan berebut tempat dan berjejal.

Jangankan untuk shalat malam, untuk shalat wajib saja, rasanya tempat itu tidak nyaman. Apalagi untuk mencapai khusyuk. Makanya, ia lebih memilih shalat berjamaah di masjid yang tidak jauh dari kontrakannya.

Arif sering membayangkan, betapa tenang dan bahagianya jika kelak punya rumah sendiri. Apalagi jika rumah itu cukup luas. Ia tentu bisa menyediakan sedikit ruang untuk mushalla keluarga sehingga ia bisa beribadah, terutama shalat malam di mushalla itu dengan khusyuk dan tenang.

Ternyata apa yang ia bayangkan bukan hanya mimpi. Allah memberinya rizki yang lumayan, sehingga ia bisa menyediakan uang untuk DP kredit rumah di pinggiran kota.

Sebelum ditempati, rumah itu ia renovasi sedikit sesuai kemapuan financial yang ia miliki. Lewat renovasi itulah apa yang ia dan istrinya bayangkan tentang sebuah rumah idaman, ia wujudkan. Termasuk menyediakan sedikit tempat untuk mushalla keluarga. Pendek kata, akhirnya Arif pun pindah dari sebuah kontrakkan yang sempit ke rumah milik sendiri yang lebih luas, asri,dan direnovasi sesuai keinginannya. Siapa yang tidak bahagia menempati rumah sendiri yang luas dan asri meskipun harus mencicil tiap bulan?

Sejak memiliki rumah sendiri, Arif memang sedikit agak tenang. Ia tidak perlu berdesak-desakan dengan lemari dan televisi. Sirkulasi udaranya pun terbuka lebar, sehingga ia tidak perlu lagi merasa gerah ketika matahari tepat berada di atas ubun-ubun. Shalat di rumah pun tidak perlu lagi berjamaah dengan kasur dan bantal.

Tapi, saking nyamannya rumah yang ia tempati, ia jadi malas keluar rumah, termasuk pergi ke mesjid atau mushalla. Jika waktu shalat tiba, ia lebih memilih shalat di mushalla rumahnya.

Belakangan, ia datang kepada temannya, dan mengeluh lagi. Katanya, di rumah barunya itu ia sulit bangun malam. Jangankan untuk menegakkan shalat malam, untuk shalat shubuh saja tidak pernah berjamaah ke masjid. Bahkan bangun pagi pun seringkali lewat jam enam. Mushalla yang pernah diidam-idamkannya pun ternyata tidak membuatnya lebih khusyuk daripada sedikit ruang kosong di ujung kasurnya di rumah kontrakan dulu.


Arif sebenarnya mungkin potret kebanyakan kita semua, aku, juga kalian. Kita seringkali terjebak pada suasana hati yang membuat kita alfa dari mensyukuri nikmat Allah.

Kita lupa, betapa Allah memberi terlalu banyak nikmat kepada kita, tetapi kita merasa belum cukup, sehingga untuk beribadah saja, kita merasa perlu menunggu sampai Allah memberikan nikmat lainnya kepada kita. Tetapi, begitu nikmat lainnya berhasil kita dapatkan, kita masih punya seribu alasan lain untuk menunda syukur dan menolak ibadah.

"When we have not things what we like, we must like what have we owned"

No comments:

Post a Comment

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...