“Aku sebal, Mas Bas orangnya nggak romantis lagi. Serba to the point, bahkan bicaranya tidak semesra dan selembut dulu!” Keluh kesah Corry, seorang istri kepada Bas, suaminya. Pasangan Bastian dan Corry sudah menikah sepuluh tahun, dikaruniai tiga anak, dua putra dan satu putri. Protes ini terlontar, sebab dulu ketika pacaran, suaminya sangat romantis dan mesra. Selalu mengucapkan kata Aku Cinta Padamu atau kata-kata sayang melalui telepon atau setiap apel malam minggu. Lalu, kebiasaan ini mulai luntur, ketika Corry sudah menjadi istri.
Mungkin dulu karena sedang dalam taraf berburu cinta, sehingga seorang pria berani berkoraban sampai tetes darah terakhir. Masa uji coba memang membuat seseorang menjadi acktor bagaimana berakting untuk mendapatkan sang piala. Dengan taburan aurora dewi cinta, maka semuanya terbuntal indah tanpa cacat cela, tidak terkecuali baik sang wanita maupun sang pria.
Atau, contoh lain yang sering dibincangkan orang. Saat sang kekasih terbentur sesuatu hingga terjatuh, sang pria berkata, “Sayang, sakit ya? Lain kali hati-hati ya? Kakinya tidak apa-apa kan?”.Tapi setelah menjadi istri, “Makanya hati-hati, matanya dipakai!”.
Yach, begitulah! Kita mungkin semua sepakat, bahwa makhluk bernama cinta memang memiliki kekuatan luar biasa. Sosoknya tak pernah tertangkap oleh pandangan mata, akan tetapi akibat yang ditimbulkan teramat dahsyat. Sebab cinta, orang dapat berbuat apa saja. Perjalanan jauh dan sukar tak akan terasa apa-apa jika dibarengi cinta. Peperangan seberat apapun jika dipersenjatai dengan cinta, bahkan siksaaan sekejam apapun rasanya bagai cubitan halus saja bila di hati ada cinta. Termasuk kata Aku Cinta Padamu, itu adalah ungkapan dari rasa cinta.
Lantas, apa yang harus silakukan jika saat mengarungi bahtera perkawinan, justru kehabisan cinta?
Menurutku, perkawinan bukan hanya sekedar bertemunya seorang pria dan wanita kemudian hamil dan megurus anak. Tetapi, ada suatu ikatan emosional yang amat kental. Masing-masing pasangan memiliki latar belakang pikiran, cita-cita, harapan-harapan, dan kepribadian yang khas dan beda. Dua orang yang telah mengikatkan diri dalam perkawinan seyogyanya mencoba memahami dan mengerti kebutuhan dan perasaan pasangannya. Bukankah perkawinan bisa terjadi karena atas dasar cinta? Bila kita hanya mengandalkan kelebihan fisik dan materi yang ada dalam diri kita, maka cinta akan mudah terkikis. Takkan bertahan lama, apalagi bila faktor-faktor penyebab cinta sudah menipis. Kebeliaan berganti tua, kecantikan akan memudar. Cinta benar-benar akan sirna.
Ungkapan cinta dari istri atau suami bukan hanya kata-kata. “Mas, aku sangat menyayangimu” atau Dik, I Love You.” Akan tetapi semua kata-kata, raut muka, gerak-gerik, intonasi kalimat, termasuk penampikan mengandung kasih sayang dan kelembutan., dan semuanya adalah bagian dari komunikasi cinta.
Bahkan aku sering mendengar keluhan para istri yang menggambarkan kurang ikhlasnya menerima keadaan karakter atau sifat suami. Salah satunya tentang suami mereka yang jarang dan bahkan tidak pernah mengucapkan kata-kata cinta yang romantis penuh kelembutan.
Padahal kuncinya adalah bila kita merindukan kata-kata cinta dan romantis dari suami, mestinya para istrilah yang mengajarkan bagaimana cara mengucapkannya dengan penuh cinta, romantis dan penuh kelembutan tanpa ada kesan menggurui.
Namun apabila segala jerih payah mengajarkan kata-kata cinta, romantis dan kelemahlembutan belum berhasil, sadarilah sepenuhnya, hal urgen yang terpenting untuk menjaga kehangatan dalam mengekspresikan cinta adalah dengan komunikasi yang sehat dan lancar. Teruslah berusaha, tanamlan kesadaran dan menerima apa adanya, agar apapun yang suami dan istri lakukan dapat bernilai ibadah.
Sungguh, cinta adalah memberi dan bukan menuntut, menerima dengan tulus apa yang diberikan oleh pasangan kita apa adanya. Maka, janganlah menghitung-hitung kebaikan diri kita sendiri sambil disaat bersamaan menuntut imbalan sejenis dari pasangan. Bila cinta diartikan memberi, maka kita akan selalu dapat mencintai. Kita tidak pernah menuntut atau mengharapkan dia melakukan sesuatu untuk kita, melainkan selalu berpikir apa yang bisa kita berikan untuknya. Termasuk dalam mengungkapkan kata I Love You, jadi biarkan kata “Aku cinta Padamu” muncul tanpa paksaan.
Cintaku……..
Cinta perlu disemai, dipupuk dan dirawat agar tumbuh dan kokoh saat beragam kehidupan yang datang menderu kencang.........
Karenanya, janganlah berubah......
cintailah aku sepenuh hati, menerima apa adanya dengan penuh kasih sayang, memandang kekurangan dan kelebihanlu dengan rasa syukur, maka cinta itu takkan ada habis-habisnya......
Cinta akan selalu tumbuh kembang, bersemi, dan terawat baik.
Cintaku……
Semoga aku bisa menjadi yang terbaik yang kau mau, yang dapat menjadi pelabuhan curhat bagimu, yang selalu berusaha menyenangkan hatimu, dan berusaha memberi yang terbaik untukmu. Jangan engkau pelit dengan kekaguman dan pujian, bahwa ungkapan yang kau praktekkan, akan menjadi bagian dari bahasa keseharian dan kebutuhan kita secara perlahan, dan ditujukan hanya kepadaku…….
Cintaku………
I Love You…….
No comments:
Post a Comment