Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Wednesday, February 24, 2010

LETAKKAN SAJA HARTAMU DI TANGAN, JANGAN DI HATI !

Seringkali kita merasa takut tidak memiliki rejeki, gelisah tidak punya uang. Tapi pernahkah kita merasa takut tidak memiliki rasa syukur saat tidak punya uang?

“Uangku hilang, tidak tahu jatuh dimana, laptopku rusak, dan uang bonus dari perusahaan yang dijanjikan belum juga keluar. Suntuk dan kesal sekali rasanya.”
Keluh temanku dari telepon kantornya. Pantas sudah beberapa hari ini dia tidak pernah lagi menghubungiku. Sesuatu di luar dugaan. Dari ujung telepon aku bisa membayangkan wajah kusutnya. Bayangkan, disaat laptop sebagai alat presentasi untuk memprospek nasabah asuransinya yang juga merupakan alat andalannya dalam bekerja, malah tidak bisa digunakan, uang untuk biaya perbaikan hilang, dan uang lain yang diharapkan bahkan tidak menampakkan tanda-tanda kehadirannya.


Entahlah, kenapa hari itu aku tidak sesabar biasanya. Curhatan temanku, aku rasakan “agak menyebalkan”. Ada nada ketidakikhlasan dan selalu merutuki nasibnya hari itu, laptop yang rusak, uang yang hilang dan mengkhawatirkan rejeki lain yang belum tentu ada di genggaman. Kalimat yang keluar dari mulutnya, mengisyaratkan kesialannya dan menyesali nasib, betapa tidak beruntungnya dia. Betapa sibuknya dia ketika kehilangan, menyesali kecerobohan sehingga uangnya hilang. Semakin menjadi-jadi, sehingga hanya bisa menggugat atas segala kemalangan, kehilangan, kenestapaan, ataupun kesialannya.

“Sudahlah, ikhlaskan saja, sabar, Insya Allah besok-besok Allah akan menggantikannya dengan yang lebih besar dari yang telah hilang" begitu komentarku yang berusaha menghiburnya. Namun di batinku mengatakan, "mungkin itu juga peringatan bagi kita, karena kita kurang bersyukur dan jarang bersedekah.”

Kehilangan memang menyesakkan. Toh kata “andai” tidak akan mujarab mengembalikan yang telah hilang. Satu-satunya cara terbaik adalah dengan mengikhlaskan, dan semoga bermanfaat bagi yang menemukan.

Andai disela kegiatan mencari itu kita mau sejenak berdiam diri, untuk merenung. Memikirkan nikmat yang masih dirasa. Bersyukur masih memiliki mata untuk melihat segala keindahan, tangan untuk bekerja, dan kaki untuk melangkah, kembali menjemput rejeki yang hilang agar dapat diraih kembali.

Maka akan ada keikhlasan untuk melepaskan yang telah terlepas dari genggaman tersebut. Sekaligus menyadari bahwa betapa saat masih berada dalam genggaman, kita seringkali lengah. Tidak menyadari betapa berharganya apa yang telah dimiliki. Alih-alih untuk mensyukuri, malah cenderung menyepelekan. Namun, ketika ia terlepas dari genggaman, barulah disadari betapa berharganya.

Dalam kondisi demikian, aku teringat ucapan seorang Ustadz di pengajian, “Letakkan saja hartamu di tangan, jangan di hati.” Maksudnya, segala kekayaan, harta benda yang kita miliki, sebaiknya diletakkan dalam genggaman saja. Tidak usah terlalu dipikirkan dan disimpan di hati sehingga bila sewaktu-waktu hilang, maka tidak akan stress.

Sebab apa yang berada dalam genggaman itu mudah terlepas. Namun bila sudah di hati bawaannya adalah cinta berlebihan, rasa sayang, dan perasaan berat melepaskan.

Seringkali kita merasa takut tidak memiliki rejeki, gelisah tidak punya uang. Tapi pernahkah kita merasa takut karena tidak memiliki rasa syukur saat punya uang? Tidak bersyukur saat rejeki berlimpah, tidak bersyukur ketika harta mengalir? Banyak orang yang memiliki harta, entah berupa uang, perhiasan, rumah mewah dan jabatan yang tidak diiringi rasa syukur. Bahkan tubuh yang sehatpun tidak disyukuri sebagai sebuah nikmat-Nya.

Maka, benarlah bila dikatakan, iman itu terdiri atas dua bagian. Satu bagian dengan syukur, satu bagian dengan sabar. Jikalau seseorang sudah memiliki sikap syukur ketika bertabur nikmat, sabar saat diuji dengan musibah, maka sempurnalah imannya.

Adapun harta ataupun kenikmatan yang terlepas, justru dapat menjadi media pengingat untuk menyempurnakan keimanan.

"Bila kita menangisi hari kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, kita tidak memiliki hari ini untuk kita syukuri."

No comments:

Post a Comment

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...