Blog ini terinspirasi dari ketulusan untuk terbiasa mencurahkan isi hati tanpa menutup-nutupi kelemahan atau masalah. Itulah sesungguhnya kekuatan besar yang akan menjadikan kita tegar. Pandai saja tak pernah cukup untuk membuat kita tegak menghadapi masalah.

Sunday, May 2, 2010

MAMAKU ADALAH MATAHARIKU

“Surga dibawah telapak kaki ibu! Benarlah jika pepatah ini dimaksudkan secara tidak langsung untuk mengingatkan kita semua bahwa, jika kita ingin mencari surga, hormatilah ibu kita.”

Orang bisa mengukur kesuksesan dari banyak segi. Bagiku kesuksesan dari segi materi adalah ketika aku menginginkan sesuatu, aku tidak perlu bertanya berapa harganya. Mungkin orang menganggap standarku terlalu tinggi, tapi bukan itu maksudnya. Aku juga memiliki standar hidup dimana aku bisa mencukupi kebutuhan-kebutuhanku tanpa bergantung pada orang lain. Bahkan dengan pencapaianku itu aku bisa membahagiakan keluargaku juga orang lain untuk berbagi.

Namun, arti kesuksesan secara umum bagiku adalah ketika aku sudah bisa membuat orang tuaku, terutama mamaku bahagia, tenang dan selalu tersenyum. Mama adalah matahari bagiku. Setelah Allah, dialah yang terpenting bagiku.

Roda kehidupan memang berputar. Kadang berada di atas, suatu saat, roda itu akan berhenti di bawah. Begitu juga manusia, setelah tersentil baru terasa. Banyak hikmah yang bisa kita dapatkan dari sebuah pengalaman. Aku masih ingat sebuah pengalaman bersama mama yang mengajarkanku arti ketabahan dan kesabaran yang sesungguhnya. Masa itu merupakan titik balik kehidupanku. Aku belum bekerja, mama sedang mengalami kesulitan keuangan dan papa sedang berada di luar kota. Jadi di rumah hanya ada aku dan mama. Sedangkan saudara-saudara yang lainnya sudah berkeluarga dan tinggal di lain kota.

Hari itu tanggal tua, kata orang tanggal yang sangat rawan bagi pegawai negeri apalagi pensiunan PNS seperti orang tuaku. Rekening saldo tabungan tinggal Rp 20.000,-, hanya cukup untuk mempertahankan rekening bank agar tidak ditutup, kala itu. Kalaupun diambil melalui ATM juga tidak bisa. Di dompetku cuma ada uang Rp 5.000,- dan di dompet mama hanya Rp 10.000,-. Hari sudah siang, hari itu aku dan mama bingung mau makan apa siang ini karena uang yang kami miliki tidak cukup untuk makan sedangkan persiapan bahan-bahan makanan di kulkas dan di lemari sudah habis. Untungnya masih ada beras, telur, beberapa bumbu dapur dan mentega. Parahnya lagi, gas untuk memasak juga habis, apalagi minyak tanah tinggal sedikit. “Bagaimana ini?”, pikirku saat itu.

Saat bersamaan, datang ke rumah anak dari Yayasan Panti Asuhan untuk meminta sumbangan. Aku putuskan untuk menyerahkan uang Rp 5.000,- . Aku pasrah saja walaupun cuma itu yang aku miliki, sedangkan hari sudah siang dan kami sudah lapar. Mama hanya bisa memandangi aku dan belum tahu harus berbuat apa. Tetapi, kemudian aku mendapatkan ide,

“Kita masak bikin tungku aja ya, ma, kan masih ada sedikit minyak tanah untuk memancing kayu bisa menjadi api. Sayurnya kita petik dari kebun belakang rumah. Lumayan buat mengganjal perut, jadi uang yang ada bisa buat besok menjelang gaji mama masuk ke ATM.”

Aku mengambil beberapa kayu sisa-sisa renovasi bangunan rumahku. Aku segera membuat tungku api untuk pembakarannya, lalu berpanas-panasan bahkan sesekali mataku perih karena tertimpa asap dari kayu bakar. Dalam keadaan seperti itu, sambil mengipasi bara api, batinku menjerit, sedih dan ingin menangis rasanya, tapi aku tahan agar mama tidak ikut sedih. Aku melirik mama, kuteliti wajahnya. Tidak ada tanda-tanda tertekan ataupun susah. Tapi aku juga tidak yakin, apakah mama juga menutupi perasaanya saat itu. Padahal sebelumnya mama adalah orang yang tidak bisa menerima keadaan. Latar belakang hidup mama dimasa mudanya yang tidak pernah susah dan terpenuhi segala kebutuhannya. Namun setelah pensiun, setiap kali ada masalah, mama selalu marah-marah. Kalau sudah begitu, akulah yang selalu menjadi tempat pelampiasan mama disaat hati mama sedang tidak enak. Tapi hari itu tidak. Sepertinya semua masalah yang ada sudah diterima dengan lapang, tabah dan tegar.

“Yang belum pernah kita alami, sekarang kita jalani, yang terpenting tidak ada yang tahu kita begini. Jangan beritahu saudara-saudara, mama tidak pernah mau meminta ke anak, dan mama juga tahu, mereka semua punya kebutuhan masing-masing. Kalau dipikir lucu juga, tinggal di rumah yang bagus, punya mobil dan kelihatan sama orang kita bukan orang susah tapi tidak punya uang. Sekarang kita nikmati saja, masih bisa bersyukur punya rumah sendiri, Alhamdulillah mama tidak merasa susah.” Begitu kata mama optimis.

Sikap mama yang tegar saat itu semakin mengajarkanku bagaimana menghadapi hidup. Aku yang terbiasa dengan kehidupan yang stabil harus mulai membiasakan diri hidup dalam menghadapi kondisi apapun. Itulah sebabnya, terkadang aku “sebal” melihat orang yang “rapuh” karena masalah uang/ekonomi. Ketika terkena masalah sedikit, rasanya “down” setengah mati. Padahal banyak orang di sekeliling kita yang lebih sengsara. Bagiku, intinya aku harus selalu bersyukur masih diberi pikiran yang sehat, hati yang baik, dan yang terpenting, aku masih memiliki semangat dan memiliki mama. Hikmah yang aku dapat adalah bahwa suatu saat kita hidup sendiri, karena itu harus mandiri dan kuat bertahan sebagai individu yang penuh tanggung jawab.

Mama adalah segalanya bagiku, lengkap dengan segala kelebihan juga kekurangannya. Mama juga manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Walau sesekali kami masih terlibat pertengkaran-pertengkaran kecil karena salah paham tapi aku sangat mencintai mama dan tidak ingin melihat mama terluka. Aku sempat berpikir, biarlah aku saja yang “menyakiti” mama dengan caraku, jangan orang lain. Maksudnya, selama ini jika ada kata-kata mama yang tidak berkenan di hati orang lain, sehingga orang lain salah pengertian atau tersinggung, lalu mereka “memojokkan” mama atau bahkan jika ada orang lain “menyakiti” mama, aku tidak pernah bisa terima. Aku menjadi benteng dan penasehat mama yang selalu mengingatkan mama dengan cara dan gayaku.

Berbahagialah kita yang masih mempunyai ibu, berarti kita masih diberi kesempatan untuk membahagiakannya. Dan betapa tidak beruntungnya kita, jika kita menyia-nyiakan mereka terutama di masa tuanya. Suatu saat kita akan menjadi orang tua, punya anak dan menjalani masa tua seperti ibu kita. Kita akan menjadi orang tua dari anak-anak kita. Begitu pula harapan kita terhadap anak-anak kita kelak. Harapan setiap orang tua adalah anak-anak mereka akan menjadi anak-anak yang sholeh dan sholeha, anak-anak yang berbakti terhadap orang tuanya, dan anak-anak yang dapat membahagiakan dan selalu mendoakan orang tuanya, terutama ibu kita.

Jangan menunggu sesuatu yang buruk menimpa sebelum kita sempat membahagiakan ibu kita. Karena sebuah kata menyesal takkan merubah apapun dan tidak akan berarti apa-apa. Bukan pula sekedar niat di hati dan kata-kata di mulut bahwa “Aku sangat sayang dan cinta sama Ibu” tapi perbuatan dan tingkah laku, masih sering membuat Ibu kita menangis. Berbuatlah sesuatu dari sekarang. Jika kita tidak bisa membahagiakannya dengan materi, bahagiakanlah selalu perasaannya dan doakanlah. Jika Ibu sudah tiada namun teruslah berdoa untuknya agar dia tenang, bahagia dan selalu tersenyum berada di surga.

Mama.......
Ini bukan sekedar kata-kata namun kata-kata ini lahir dari batinku yang terdalam yang mengatakan bahwa kebahagiaan mama adalah kebahagiaanku dan kesedihan mama adalah kesedihanku juga.
Ijinkan anakmu ini membahagiakanmu….teruslah berbahagia….
Semua sudah kita dapatkan …. Semua juga sudah kita serahkan kepada Allah saja.
Aku hanya ingin selalu bersyukur dan aku sudah melakukan apa yang bisa aku lakukan.

Mama.......
Walau tidak pernah tersurat, tapi tersirat kalau mama juga ingin aku bahagia……
Suatu saat jika “anugerah” itu datang padaku, aku ingin mama bahagia dengan pilihanku. Seperti mama juga mengamininya.....

“Nak, tidak perlu ganteng dan kaya, karena semua itu semu, tapi yang terpenting kaya hatinya, tulus berkomitmen, yang bisa membimbingmu ke jalan Agama, sayang kepadamu dan keluarga karena Allah SWT.”

Dan suatu masa, jika aku kelak menjadi ibu bagi anak-anakku.....aku akan mendidiknya seperti harapanmu seiring dengan doa-doamu yang tak pernah putus untukku.
Terima kasih mamaku, engkau adalah matahariku....
Engkaulah yang sebenar-benarnya belahan jiwaku.

Kasih ibu tanpa pamrih..... Seandainya kasih ibu bisa dibalas, sampai matipun jutaan anak di dunia ini tidak akan pernah selesai membalasnya.

No comments:

Post a Comment

RAHASIA MILIUNER

Alkisah, suatu hari, seorang pria yang menganggur melamar jadi office boy di kantor Microsoft. Sesudah diwawancarai manajer HRD, pria itu di...