
Kalimat ini sering kita dengar, "bahwa jodoh Allah yang menentukan". Bila Allah sudah menentukan, di tengah gelombang laut jawa pun, jodoh bisa bertaut. Cepat atau lambat, jodoh adalah masalah takdir dan rejeki, Allah yang menentukan, bukan manusia. Tapi manusia mempunyai pilihan dalam menjalani kehidupannya. Pilihan antara yang baik dan buruk. Setiap pilihan mempunyai konsekwensi masing-masing. Begitu juga Allah menentukan jodoh manusia, namun jalan dan caranya tergantung kepada manusia itu sendiri, karena Allah sudah menjanjikan antara surga dan neraka. Nah, kita mau memilih yang mana?
Sebesar apapun usaha kita, jika belum waktunya Allah memberi restu, pasti tidak akan terwujud karena segala sesuatu pasti ada saat dan waktunya juga. Tapi Allah suka kepada umatnya yang berusaha/berikhtiar, bukan sekedar doa dan harapan semata. Dan bila tidak berikhtiar, mana mungkin pasangan bisa tiba-tiba datang ke pelukan?
Ikhtiar yang dilakukan salah satunya melalui kontak jodoh/Biro Jodoh di internet. Internet yang diciptakan di abad 20 ternyata menyumbangkan perubahan yang sangat signifikan atas pola hubungan saat ini. Begitu pula bagaimana sikap orang untuk memutuskan bergabung menjadi anggota di salah satu situs pencarian jodoh.
Begitu juga aku dalam menyikapi konsekwensi yang bakal terjadi saat aku terlibat di dalamnya. Banyak sekali masukan dari teman-teman lengkap dengan saran-saran, bahkan cerita-cerita yang terkesan "menyeramkan", dengan tujuan agar aku waspada/hati-hati dalam mencari calon suami/laki-laki di dunia maya yang akan menjadi pasangan hidupku di dunia nyata.

Aku tidak mau "menjudge" orang lain, apalagi menyamaratakan atas perbuatan buruk seseorang terhadap orang lain, dimana belum tentu semua orang mau dan atau mampu melakukannya. Terutama dalam urusan mencari jodoh, setiap orang pasti punya niat dan tujuan yang berbeda-beda. Kembali ke diri masing-masing, bagaimana menerima konsekwensi dari perbuatannya sendiri.
Seperti pengalaman-pengalaman berikut yang aku dapati dari "sharing" beberapa teman yang bergabung di dalam situs kontak jodoh :
1. Laki-laki yang mendambakan istri yang sholeha, justru laki-laki yang tidak bersikap seorang laki-laki sholeh. Laki-laki yang diharapkan bisa menjadi imam di dalam keluarga, nyata-nyata laki-laki munafik yang hanya mengharapkan kesenangan duniawi dengan cara-cara yang justru melecehkan kaum perempuan. Punya maksud-maksud dan intrik-intrik tertentu, padahal sang wanita tulus dan rela berbuat apapun demi membuktikan kesungguhannya.
2. Laki-laki yang "tidak punya hati", hanya bermodalkan materi dan pundi-pundi duniawi serta dilandasi oleh kriteria ini itu yang tidak masuk akal, sehingga terkesan bahwa "wanita bisa dibeli". Menganggap cinta itu diibaratkan seperti "proses jual-beli"....tidak cocok, ya...tidak jadi!" Sungguh menyakitkan hati.
3. Laki-laki yang tutur katanya baik, bijaksana bak seorang nabi. Setelah berkomitmen sehidup semati dan berjanji akan menikahi sang pujaan hati, nyata-nyata mengingkari janji. Pergi begitu saja tanpa berita dan meninggalkan berjuta-juta tanya.
4. Laki-laki yang mengaku di profil seorang duda, sudah lama hidup sendiri dan segera ingin mendapatkan pengganti, nyata-nyata masih mempunyai istri tapi hanya mencari "mangsa". Setelah mendapatkan "mangsa", berubah menjadi "KEONG RACUN' hanya ingin menikmati CINTA SATU MALAM".
5. Laki-laki yang mempunyai profil bagus dan testimoni yang menarik, nyata-nayata cuma laki-laki iseng yang tidak berani berkomitmen, selalu menunda-nunda pertemuan tapi lebih doyan memilih "PHONESEX" dibandingkan berkomitmen untuk menuju seks yang halal dalam sebuah ikatan perkawinan yang halal pula.
Terkadang muncul pemikiran manusiawiku...."Apa sebenarnya yang diingini dari seorang laki-laki? Bukankah wadah ini merupakan jalan untuk mendapatkan pasangan hidup yang "bener" bukan untuk satu atau dua hari saja? Bukan di sini tempatnya jika cuma ingin kenikmatan sesaat...Maaf jika aku harus katakan ini, walau tidak semua orang (siapapun dia), "Anda punya uang? Anda bisa beli perempuan yang juga mempunyai tujuan dan maksud-maksud yang sama! Sehingga tidak ada wanita yang tersakiti dan merugikan orang lain yang punya niat tulus mencari pasangan hidup yang bisa menjadi imam/pendamping dalam keluarga untuk mendapatkan ridho-Nya.

"Jangan terjebak ekspektasi yang terlalu tinggi dan mengharap terlalu banyak, karena yang indah-indah itu terjadi kalau kita siap memberi."
Akhirnya aku harus mengatakan, "Aku tidak sendiri, kita tidak sendiri!". Tidak ada kata terlambat walau orang memandang wanita yang sudah berusia di atas 30 tahun belum juga menikah itu "berat jodoh" atau dianggap terlalu pemilih atau terlalu mementingkan karir, namun mereka juga layak berusaha mencari yang terbaik menurut kapasitasnya. Pencarian cinta untuk mendapatkan pasangan hidup melalui kontak jodoh bukanlah sesuatu yang antik, aneh, salah atau pun yang sebenarnya terasa melecehkan ketika diucapkan oleh beberapa pihak yang tidak mengerti duduk perkara mengapa kami mesti menjalani perjodohan seperti ini. Sekali lagi, kembali ke diri masing-masing tiap-tiap orang. Bagiku, selagi jalan yang ditempuh lurus dan demi tujuan untuk mengharapkan ridho ALLAH SWT, Allah selalu membukakan jalan bagi umat-Nya yang meminta dengan ikhlas dan pasrah sesuai kaidah-kaidah-NYa.

Aku juga jauh dari sempurna, jadi aku tidak pernah menuntut siapapun. Kecuali aku menginginkan ketulusan yang terlihat/tampak dari perbuatannya. Kita menuntut karena kita merasa memilikinya seutuhnya. Prinsipku...Berjalan saja mengikuti alur. Luruskan niat baik, lalu jalankan niat itu dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Sisanya, serahkan semua urusan kepada Allah SWT. Dan yakin, bahwa semua tidak akan terjadi tanpa ijin Allah. Pada akhirnya, syukuri saja semua hal yang kita capai dalam hidup. It's simple!
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTerima kasih mba
ReplyDeletemantep....sang penulis berjiwa besar..berjuang terus...standing next step..
ReplyDelete